Bobo.id - Indonesia adalah negara yang menganut sistem politik yang disebut politik bebas aktif.
Tapi tahukah teman-teman seperti apa politik bebas aktif itu? Pada materi PPKn kelas 11 SMA, teman-teman akan mempelajari tentang sistem politik ini.
Sistem politik ini merupakan salah satu bagian untuk melakukan hubungan internasional dengan negara lain.
Hubungan internasional ini tentunya bersifat global dan akan melampaui batas-batas ketatanegaraan.
Hubungan internasional ini juga akan berdampak pada bidang politik yang kemudian disebut politik luar negeri.
Nah, politik luar negeri ini merupakan suatu sikap, kebijakan, dan langkah dari pemerintahan setiap negara dalam menjalankan hubungan dengan negara lain.
Jenis hubungan politik yang dilakukan pemerintah Indonesia disebut dengan politik bebas aktif.
Seperti apa politik bebas aktif itu? Mari simak penjelasan berikut ini.
Dikutip dari Kompas.com, politik bebas aktif merupakan gagasan yang disampaikan oleh Mohammad Hatta dalam pidatonya.
Pada pidato tanggal 2 September 1948 bertajuk "Mendayung di antara Dua Karang", ia menjelaskan kalau politik bebas aktif akan membuat bangsa Indonesia bisa menentukan sikapnya sendiri.
Jadi, politik bebas aktif merupakan cara bangsa Indonesia untuk bebas menentukan sikap sendiri terhadap konflik internasional yang terjadi.
Baca Juga: Materi IPS, Apa Saja Organisasi Politik Bentukan Jepang di Indonesia?
Konsep ini juga dilakukan untuk Indonesia bisa bebas membantu terwujudnya perdamaian dunia.
Terbentuknya politik bebas aktif tidak begitu saja menjadi usulan dari Mohammad Hatta, ada beberapa peristiwa yang membuat ide ini tercetus.
Politik bebas aktif terbentuk bermula pada akhir masa Perang Dunia II.
Pascaperang tersebut, ada dua kubu besar yang saling bersaing dalam perang dingin, yaitu Blok Barat dan Blok Timur.
Kedua blok itu saling berseteru dengan menyebarkan ideologi masing-masing yang dianut untuk mempengaruhi negara lain selama Perang Dingin berlangsung.
Mengetahui kondisi itu, Indonesia menjadi negara yang berusaha untuk tidak berpihak pada salah satu blok.
Karena itu, Mohammad Hatta yang merupakan wakil presiden saat itu menyampaikan tentang konsep politik luar negeri bebas aktif.
Pidato tentang konsep politik luar negeri bebas aktif ini disampaikan saat berpidato di depan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Pada pidato itu disampaikan kalau bangsa Indonesia harus bisa menentukan sikap sendiri dalam menghadapi konflik politik internasional saat itu.
Sehingga politik bebas aktif yang dijelaskan itu berarti bangsa Indonesia dapat secara bebas menentukan sikap dan kebijaksanaannya sendiri dalam menghadapi permasalahan internasional dan tidak mengikatkan diri pada kekuatan mana pun.
Jadi, sikap yang diambil Indonesia atas kondisi politik luar negeri akan berpengaruh pada kondisi politik dalam negeri bukan dari negara lain.
Baca Juga: 10 Contoh Penerapan Wawasan Nusantara di Bidang Politik, Materi PPKn
Dengan disetujuinya usulan konsep berpolitik itu, bangsa Indonesia menerapkan sistem politik itu dengan landasan atau tujuan sebagai berikut.
- Menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.
- Menjaga netralitas Indonesia di kancah internasional dengan tetap aktif dalam menciptakan perdamaian dunia.
- Memperbaiki persaudaraan antarbangsa sendiri sebagai citra dari semangat Pancasila.
Nah, dari penjelasan ini, teman-teman tentu sudah paham alasan sistem politik bebas aktif digunakan oleh bangsa Indonesia hingga saat ini.
Baca Juga: 20 Pengaruh Globalisasi di Bidang Politik, Materi Kelas 6 SD
----
Kuis! |
Apa topik pidato yang disampaikan Mohammad Hatta terkait politik bebas aktif? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Kenapa Air Sering Tumpah saat Kita Memindahkannya dari Gelas? Ini Penjelasannya
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR