Komet berperiode panjang diperkirakan berasal dari Awan Oort, yang seperti gelembung berdinding tebal, terbuat dari potongan puing-puing ruang angkasa yang seukuran gunung.
Faktanya, di Awan Oort ini diperkirakan ada miliaran hingga triliunan objek langit.
Letak Awan Oort di luar Pluto dan berada di tepi terjauh Sabuk Kuiper, wilayah dari benda es yang membentang melampaui orbit Neptunus.
Pada saat mengorbit lebih dekat ke Matahari, komet akan memanas dan memuntahkan gas dan debu dari bagiannya.
Materi berupa gas dan debu inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya ekor komet yang panjang dan bercahaya.
Faktanya, dalam kondisi beku, komet hanya berukuran sebesar kota kecil di Bumi.
Namun, saat orbit komet mendekatkan komet pada Matahari, sebagian esnya mulai mencair, menghasilkan debu dan gas.
Kemudian, angin Matahari akan mendorong debu dan gas yang dikeluarkan es agar menjauhi komet, membentuk ekor komet yang bersinar.
Perjalanan yang Berulang
Jika komet memiliki jalur atau orbitnya sendiri, maka perjalanannya akan berulang. Benarkah, Bo?
Tentu saja! Apakah teman-teman masih ingat dengan Komet Halley yang paling populer di dunia astronomi?
Baca Juga: Saturnus Lemparkan Komet dengan Kecepatan 10.800 Km/Jam, ke Mana Arahnya?
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | space.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR