Tahun 2023 juga menjadi tahun terhangat yang pernah tercatat di lautan.
Ini terjadi karena lautan telah menyerap 90 persen pemanasan akibat meningkatnya gas rumah kaca.
Gas rumah kaca merupakan gas yang memiliki sifat menyerap radiasi inframerah yang dipancarkan dan kembali ke permukaan Bumi.
Gas rumah kaca berasal dari pembakaran bahan bakar minyak, batu bara, dan bahan bakar organik.
Ketika pembakaran tersebut terjadi, maka menghasilkan emisi gas yang kemudian terkumpul di atmosfer, menebal di udara, sehingga dapat meningkatkan suhu Bumi.
Contoh gas rumah kaca adalah uap air, karbon dioksida, gas metana, nitrogen oksida, sulfur heksafluorida, perfluorocarbon, dan CFC (Chloro Fluoro Carbon).
Dampak Bahaya
NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) meneliti suhu panas di permukaan laut juga terjadi jauh di bawah air.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa sekitar 90% kelebihan panas dari pemanasan global telah diserap lautan.
Akibatnya, air laut menghangat sekitar 0,88°C dari periode tahun 1850-1900 hingga 2011-2020.
Ini berarti gelombang panas di lautan menjadi 50% lebih sering selama dekade terakhir.
Baca Juga: Tanda Darah Mengalir, Berapa Kali Jantung Berdetak dalam Sehari? Ini Faktanya
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR