Bobo.id - Teman-teman, apakah kamu pernah mendengar atau membaca istilah ocean warming?
Biasanya, yang sering kita dengar dalam pelajaran sekolah dan berita isu perubahan iklim adalah global warming.
Menurut Live Science, global warming atau pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia, yang telah berlangsung sejak tahun 1880.
Nah, fenomena ocean warming juga berhubungan dengan pemanasan global serta perubahan iklim.
Lalu, apa itu ocean warming?
Yuk, cari tahu faktanya dari artikel ini!
Ocean Warming
Bersumber dari NASA, ocean warming adalah kondisi semakin panasnya permukaan air laut.
Faktanya, 90 persen pemanasan global terjadi di lautan.
Panas ini menyebabkan airnya mengembang, sehingga kemudian memicu kenaikan permukaan laut secara global, teman-teman.
Para ilmuwan telah meneliti kondisi suhu permukaan air laut sejak 1800-an, namun sepuluh tahun terakhir ini menjadi dekade terhangat di lautan.
Baca Juga: Harus Dikenali, Ini Beragam Bentuk Limbah Beracun yang Ada di Lingkungan
Tahun 2023 juga menjadi tahun terhangat yang pernah tercatat di lautan.
Ini terjadi karena lautan telah menyerap 90 persen pemanasan akibat meningkatnya gas rumah kaca.
Gas rumah kaca merupakan gas yang memiliki sifat menyerap radiasi inframerah yang dipancarkan dan kembali ke permukaan Bumi.
Gas rumah kaca berasal dari pembakaran bahan bakar minyak, batu bara, dan bahan bakar organik.
Ketika pembakaran tersebut terjadi, maka menghasilkan emisi gas yang kemudian terkumpul di atmosfer, menebal di udara, sehingga dapat meningkatkan suhu Bumi.
Contoh gas rumah kaca adalah uap air, karbon dioksida, gas metana, nitrogen oksida, sulfur heksafluorida, perfluorocarbon, dan CFC (Chloro Fluoro Carbon).
Dampak Bahaya
NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) meneliti suhu panas di permukaan laut juga terjadi jauh di bawah air.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa sekitar 90% kelebihan panas dari pemanasan global telah diserap lautan.
Akibatnya, air laut menghangat sekitar 0,88°C dari periode tahun 1850-1900 hingga 2011-2020.
Ini berarti gelombang panas di lautan menjadi 50% lebih sering selama dekade terakhir.
Baca Juga: Tanda Darah Mengalir, Berapa Kali Jantung Berdetak dalam Sehari? Ini Faktanya
Pada tahun 2015, kondisi ini menyebabkan tanaman kelp kehilangan habitat alaminya di dasar lautan Pantai Barat Amerika Serikat.
Tidak hanya itu, karang berwarna juga mengalami kelunturan warna dan menjadi putih akibat gelombang panas di dasar lautan.
Warna karang semakin pudar karena pemberi warna pada tubuhnya, yaitu ganggang, sudah tidak ada lagi di dalam jaringan tubuh mereka.
Ini menjadi penting karena karang bermanfaat bagi makhluk hidup, misalnya sepertiga ikan di dunia menjadikan terumbu karang sebagai habitat.
Manusia memanfaatkan terumbu karang sebagai obat maupun makanan. Jadi, tentu saja gelombang panas di lautan secara tidak langsung berdampak bagi manusia.
----
Kuis! |
Apa itu global warming? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR