Indonesia memiliki banyak candi. Candi merupakan bangunan yang berdiri sendiri atau berkelompok. Rata-rata candi itu didirikan pada abad ke-5M – ke-16M. Kata candi berasal dari kata “candika” yang berarti dewi maut. Kata candika itu merupakan nama/julukan milik Dewi Durga (Permaisuri Dewa Siwa).
Dari sekian banyak candi di Indonesia, salah satunya adalah Candi Sukuh. Bangunan bersejarah ini terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tepatnya di lereng barat Gunung Lawu.
Menurut para ahli, Candi Sukuh didirikan untuk menangkal/melepaskan kekuatan buruk yang memengaruhi kehidupan seseorang. Pendapat itu didasarkan pada relief-relief yang memuat cerita pengruwatan (upacara pengusiran kekuatan negatif).
Menyimpang dari Ketentuan
Menurut Wastu Widya (kitab pedoman untuk membuat bangunan suci Hindu), sebuah candi harus berdenah bujur sangkar (segi empat) dan bagian sucinya terletak di tengah. Nah, bangunan Candi Sukuh sedikit berbeda.
Candi Hindu yang didirikan pada akhir abad ke-15 ini berbentuk trapesium atau menyerupai punden berundak. Hal lain yang membuat bangunan Candi Sukuh berbeda adalah tempat sucinya yang berada di bagian paling tinggi dan paling belakang.
Jika diperhatikan, bangunan Candi Sukuh itu lebih mirip dengan piramida suku Maya di Meksiko atau piramida suku Inca di Peru.
Pengaruh Hindu Memudar
Candi ini didirikan pada akhir abad ke-15. Pada saat itu, pengaruh Hindu mulai memudar, karena Kerajaan Majapahit juga mulai runtuh. Hal itulah yang membuat unsur-unsur pra-Hindu “hidup kembali” dalam arsitektur Candi Sukuh.
Di Tempat Tinggi
Kebanyakan candi didirikan di pegunungan atau dataran tinggi. Kenapa begitu?
Masyarakat zaman dulu percaya, bahwa tempat yang tinggi bisa membuat mereka lebih dekat dengan Yang Maha Kuasa. Karena alasan itulah, banyak candi didirikan di dataran tinggi atau daerah pegunungan. Hal itu juga yang menyebabkan candi berada jauh dengan pusat-pusat kerjaan kuno di Indonesia.
Candi ini berdiri pada ketinggian 910 mdpl, memiliki luas +5.500 m2, dan terdiri dari tiga teras bersusun.
Candi ini ditemukan pada tahun 1815 oleh Jhonson, Residen Surakarta pada masa pemerintahan Raffles.
Candi Sukuh pernah dipugar dua kali, pertama oleh Dinas Purbakala Belanda (1917) dan kedua oleh departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (1970-an).
Sumber: perpunas.go.id, karanganyarkab.do.id, kebudayaanindonesia.net
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR