Pada zaman dahulu, setiap kerajaan pasti memiliki kuda sebagai hewan transportasi. Sebuah kerajaan besar biasanya memiliki ribuan kuda perang untuk menundukkan kerajaan lain. Tak heran kalau pada waktu itu negeri kita mendapat julukan negeri kuda.
Kereta Kuda
Padahal pada zaman dahulu, kereta kuda merupakan kendaraan penting untuk bepergian dan mengangkut barang. Bahkan, seekor kuda bisa menjadi kuda tunggangan pribadi saat seseorang hendak bepergian.
Dulu banyak orang memelihara kuda karena ingin memanfaatkan tenaganya yang kuat. Dengan menunggang kuda, manusia bisa membawa barang lebih banyak dan bisa bepergian lebih cepat dibandingkan dengan berjalan kaki.
Namun sejak banyak kendaraan bermotor, kereta kuda mulai tersingkir dan jarang ditemukan lagi. Kalau masih ada, kereta kuda hanya ditemukan di kota-kota tertentu dan hanya digunakan sebagai kendaraan wisata.
Kuda masih ada
Meskipun kita jarang memelihat kuda, hewan kuda di Indonesia belum punah. Menurut hasil sensus hewan ternak oleh Badan Pusat Statistik, jumlah kuda di Indonesia saat ini masih lebih dari 436.000 ekor.
Kuda-kuda tersebut tersebar hampir di seluruh provinsi, kecuali Papua Barat dan Kepulauan Riau. Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan tiga provinsi yang memiliki jumlah kuda cukup banyak.
Mengapa di daerah tersebut populasi kuda masih berkembang? Sebab di daerah tersebut masih banyak padang rumput atau sabana. Seperti kita ketahui, padang rumput merupakan habitat yang nyaman bagi kawanan kuda. Di padang rumput yang luas, kawanan kuda bisa merumput dengan kenyang, berlari-lari dengan leluasa, dan berkembang biak dengan cepat.
Di Sulawesi Selatan, kuda banyak ditemukan di daerah Jeneponto. Di NTB, kuda banyak ditemukan di Pulau Sumbawa. Sedangkan di NTT, kuda banyak ditemukan di Pulau Sumba.
Di Sumba
Di Pulau Sumba, kuda masih lazim digunakan sebagai hewan transportasi bagi penduduk yang tinggal di desa-desa terpencil. Penduduk menunggang kuda untuk pergi ke ladang, mengangkut hasil bumi, mengambil air dari sungai, juga untuk ritual perang adat di atas kuda (pasola) serta lomba pacuan kuda (palapang njara).
Bagi orang Sumba, kuda merupakan hewan yang sangat berharga. Oleh sebab itu dalam tradisi Sumba, kuda dijadikan sebagai mahar perkawinan, hadiah dalam acara perdamaian, juga sebagai barang bawaan dalam upacara penguburan.
Bahkan pada masyarakat adat Sumba yang masih menganut kepercayaan Marapu, kuda dipercaya sebagai hewan tunggangan paling terhormat bagi arwah. Oleh sebab itu ketika seorang bangsawan meninggal, kuda kesayangan pun akan dipotong agar bisa menjadi tunggangan bagi arwah di alam baka sana.
Memahami Kuda
Kuda adalah sahabat manusia. Tetapi, sejinak-jinaknya kuda, kuda adalah hewan liar. Kalau manusia tidak waspada, kuda dapat melukai kita. Apalagi kuda memiliki naluri kemampuan membaca karakter dan emosi manusia.
Agar bisa menundukkan kuda, manusia harus tegas dan berwibawa, sehingga bisa menjadi “tuan” bagi kuda. Apabila manusia terlihat lemah dan takut-takut, kuda akan menyepelekan dan tak mau tunduk.
Memarahi dan memukul kuda dengan kasar dan berlebihan bisa membuat kuda kehilangan rasa hormat dan berbalik membencinya. Kalau sudah benci, kuda bisa bertingkah kasar, berontak, dan melarikan diri.
Faktu Kuda
Kuda mempu mendengar detak jantung manusia di dekatnya.
Kuda mengenali bau manusia yang sering merawatnya.
Kuda hanya perlu tidur dua jam sehari dan terlelap hanya 20 menit.
Kuda makan, minum, dan tidur sambil berdiri.
Kuda mampu berlari dengan kecepatan 100 km/jam.
Foto: Ricky Martin/Bobo
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR