Craito adalah seorang laki-laki sombong. Dia merasa sangat kesal dengan bayangannya.
“Kenapa kamu selalu mengikuti gerakanku?” tanya Craito.
“Aku adalah bayanganmu. Tugasku memang seperti itu,” jawab bayangan membela diri.
“Tapi aku tidak suka diikuti. Mulai sekarang, kamu tidak boleh mengikuti gerakanku lagi!” ucap Craito ketus.
Bayangan terkejut. Bukankah selama ini dia ditugaskan untuk mengikuti segala gerakan Craito? Jika Craito melarangnya, apa yang harus dilakukannya?
Tanpa sengaja, buku yang dipegang Craito terjatuh. Craito membungkuk untuk mengambilnya. Bayangannya ikut membungkuk, tetapi Craito memarahinya.
Bayangan tersentak kaget dan kembali berdiri. Craito membuka bukunya. Hampir saja bayangannya mengikutinya. Tetapi, dia takut dimarahi Craito.
“Bagus. Kamu sudah paham!” Craito tersenyum puas. “Akhirnya, aku bebas dari bayanganku. Tak ada lagi yang selalu mengikuti gerakanku.”
Pagi itu Craito berjalan-jalan untuk menghirup udara segar. Di tengah jalan, dia bertemu Rambella, tetangganya.
“Selamat pagi, Rambella! Hari yang cerah, bukan?” sapa Craito sambil melambaikan tangannya. Rambella menatap Craito dengan tatapan aneh.
“Kenapa melihatku seperti itu?” tanya Craito sambil menggaruk kepala.
Wajah Rambella semakin pucat. Tiba-tiba dia berlari ketakutan.
“Kenapa anak itu? Seperti melihat hantu saja!” pikir Craito.
Craito melanjutkan perjalanannya. Di tengah jalan dia bertemu Torey, sahabatnya.
“Hai, Craito, mau ke mana?”
“Ah, cuma jalan-jalan ke depan,” jawab Craito sambil mengacungkan tangannya. Tiba-tiba Torey terdiam. Mukanya memucat.
“Ada apa, Torey?” Craito menepuk pundak Torey.
“M…m…maaf, aku harus segera pergi.” Torey cepat-cepat berjalan meninggalkan Craito yang kebingungan.
“Kenapa semua orang memandangku ketakutan?” gumamnya.
Tidak hanya Rambella dan Torey yang berlari ketakutan setelah melihat Craito. Orang-orang di pasar pun menjadi ribut ketika Craito berjalan melewati mereka. Suasana pasar menjadi kacau balau.
“Hantu! Hantu!” jerit seorang anak sambil menangis ketakutan. Craito tak tahan. Dia bergegas pulang dan memandang wajahnya di depan cermin.
“Tak ada yang aneh,” gumamnya. Tetapi, Craito merasa ada yang aneh di belakangnya. “Apa yang kamu lakukan?” bentak Craito. Bayangan cuma diam.
Craito melihat Morena yang berjalan terburu-buru. Mata Morena terbelalak memandang Craito. Craito cepat-cepat mencengkram lengannya.
“Apa yang kamu lihat, Morena?”
Morena tergagap ketakutan,
“B…ba…bayangan! Kenapa… kenapa bayanganmu bergerak sendiri?” tanya Morena.
Craito diam. Hmm…rupanya itu yang membuat orang-orang ketakutan melihatnya. Craito melepaskan Morena yang cepat-cepat lari.
“Jadi, selama ini kamu bergerak sendiri sesukamu? Apa, sih, maumu?” tanya Craito pada bayangannya.
“Bukankah itu yang kamu inginkan, Craito? Kamu tidak suka diikuti, jadi aku harus melakukan gerakan yang berbeda denganmu,” jelas bayangan.
Ternyata, bayangan Craito memang suka iseng. Ketika Craito menunjuk dengan tangan kanan, bayangannya menunjuk dengan tangan kiri. Ketika Craito sedang berjalan-jalan di pasar, bayangannya iseng mencubit orang lain atau mencomot makanan yang dijual di pasar. Wah, nakal sekali!
“Tapi itu membuat orang lain ketakutan!” bentak Craito.
“Kamu melarangku mengikutimu, Craito. Jadi, aku bebas melakukan apa yang ingin kulakukan.”
Craito terdiam. Kepalanya pusing. Dia tidak suka kalau bayangan mengikutinya. Tetapi, dia juga tidak ingin orang-orang ketakutan melihatnya.
Bug! Tiba-tiba bayangan memukul punggung Craito. Craito terkejut,
“Apa yang kamu lakukan?”
“Kamu cuma diam, Craito, jadi aku harus bergerak agar tidak mengikuti gerakanmu,” jelas bayangan.
Craito kembali termenung. Plak! Kini giliran lengan Craito yang dipukul.
“Berani sekali kamu!” bentak Craito. Craito pun berusaha membalas dengan pukulan. Tetapi, tentu saja bayangan tidak bisa merasakan sakit. Justru Craito yang kesakitan sendiri karena tangannya memukul tembok. Craito kesal bukan main. Kesabarannya hampir habis.
Gubrak! Tiba-tiba bayangan menendang Craito sampi terjatuh.
“Diam kamu! Jangan ganggu aku!” teriak Craito. Tapi, bayangan tak peduli. Dia tetap iseng mengganggu Craito. Kadang-kadang bayangan mencubit Craito atau mencolek lengannya.
“Baik, aku mengalah,” kata Craito putus asa. “Tolong. Sekarang kamu ikuti apa yang aku lakukan.”
“Kalau aku tidak mau?” tanya bayangan.
Craito memandang bayangannya.
“Tolong, aku mohon. Aku mengerti, aku tidak bisa mengatur orang lain sesuka hatiku. Maafkan aku,” pinta Craito.
Bayangan hanya diam saja.
“Kenapa kamu diam?” tanya Craito heran.
“Bukankah kamu menyuruhku untuk mengikutimu, Craito? Jadi, kalau kamu diam, aku juga diam.”
Craito tersenyum. Ah, bayangannya memang suka usil, tapi dia sungguh baik hati. Craito pun bisa tersenyum lega. Bagaimanapun juga, dia tetap membutuhkan bayangannya.
(Cerita : Veronica Widyastuti / Dok. Majalah Bobo)
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | YANTI |
KOMENTAR