“Aku tak mau memakan makanan itu!” tolak Tuan Restarick.
“Tapi makanan ini kami ambil dari dapurmu! Kau harus memakannya!” Bu Tikus merasa tersinggung.
“Tidaak mauuu!” Tuan Restarick berteriak panik.
Tok! Tok! Tok! Pintu rumah diketuk. Tuan Restarick terjaga dari tidurnya. Ooooh… syukurlah, dia cuma bermimpi! Tuan Restarick membuka pintu. Muncul seorang perempuan tua ramah sambil tersenyum padanya.
“Kejutan! Aku sengaja datang kemari untuk membawakanmu makanan. Aku memasak sup kacang merah lezat kesukaanmu!”
“Ooh, Bibi Helda!” Tuan Restarick menarik napas lega. Perempuan itu adalah bibinya yang tinggal di seberang desa.
“Waaah… rumahmu sangat kotor! Betul-betul ceroboh kau!” seperti biasa Bibi Helda mengomeli Tuan Restarick setiap kali mampir ke rumahnya. Bibi Helda segera membersihkan rumah, menaruh barang-barang di tempatnya.
“Hei, apa ini? Bau sekali!” tanya Bibi Helda saat memeriksa kolong sofa. Dia mengacungkan sebuah sepatu bot tua dan menutup hidungnya.
“Itu sepatu kananku yang hilang!” pekik Tuan Restarick girang.
“Sepatumu berpintu dan berjendela?” tanya Bibi Helda heran.
Tuan Restarick terperangah menatap sepatu kanannya. Ya, sebab sepatu itu berpintu dan berjendela di sisinya. Dan masih ada sisa asap mengepul di bagian atasnya yang terbuka! Cit… cit… cit… Tuan Restarick mendengar suara tikus mendecit. Selintas rombongan keluarga tikus merayap. Lalu hilang di balik lubang tembok di sudut ruangan.
“Tuh, kan, apa kubilang? Kau terlalu jorok! Sampai-sampai kau tak sadar telah bertetangga dengan tikus!” omel Bibi Helda. Tuan Restarick teringat mimpi anehnya barusan. Dia bergegas membersihkan sepatunya dan membantu Bibi Helda merapikan rumah. Uh, jangan sampai mimpi itu terulang!
(Cerita: Dwi Pujiastuti / Dok. Majalah Bobo)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | YANTI |
KOMENTAR