Tuan Restarick seorang petani di desa. Dia memiliki sepasang sepatu bot kesayangan. Sepatu itu selalu dipakainya bekerja di ladang. Anehnya, sudah seminggu ini sepatu kanannya hilang. Tuan Restarick kebingungan. Dia berusaha mencari, tetapi tetap saja sepatu itu tak ditemukan.
Dua minggu kemudian, dengan segan Tuan Restarick memesan sepatu baru pada tukang sepatu. Karena ukuran kaki Tuan Restarick sangat besar, sepatu pesanannya baru selesai dikerjakan minggu berikutnya.
“Kalau begini, aku tak bisa bekerja di ladang!” keluh Tuan Restarick.
Sesampainya di rumah, Tuan Restarick segera berbaring di sofa. Keadaan rumahnya sangat berantakan. Perabotannya berdebu. Banyak barang ditaruh sembarangan. Remah-remah makanan bertebaran. Pakaian bergeletakan. Begitu pula perkakas dapur yang belum sempat dicucinya. Tuan Restarick memang ceroboh.
“Hoaaaah…” Tuan Restarick menguap. Ia mengantuk, lalu tertidur lelap.
Kitik… kitik… Tuan Restarick menggeliat geli. Telapak kakinya digelitiki. Kitik… kitik… hmm, siapa ini? Gumam Tuan Restarick dalam hati. Kitik… kitik… Tuan Restarick terjaga. Dia melihat ke sekelilingnya. Tak ada siapa-siapa.
“Hei, Tuan, ini aku!” terdengar suara berteriak. Tuan Restarick merasa ada yang menarik ujung jempol kakinya. Haaa? Dia terbeliak. Seekor tikus bulu putih berbicara.
“Siapa kamu?!”
“Aku tetangga barumu, aku tinggal di kolong sofa. O, ya, bisakah Tuan tidur tanpa bersuara?”
“Apa maksudmu?”
“Anda mendengkur. Aku dan keluargaku merasa terganggu karena dengkuranmu!”
Tuan Restarick tertegun. Sruuuttt! Sruuuttt! Tuan Restarick mengendus bau tak sedap.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | YANTI |
KOMENTAR