Nelayan tak perlu repot menjual ikan ke kota. Mereka cukup menunggu di rumah lanting atau rumah panggung, karena setiap hari akan ada tengkulak yang keliling dengan perahunya untuk membeli ikan hasil tangkapan mereka.
Ikan-ikan ukuran besar seperti belida, toman, lais, jelawat, dan patin yang masih hidup harganya lumayan karena oleh tengkulak ikan-ikan ini bisa dijual ke restoran. Sedangkan ikan-ikan kecil yang jumlahnya berlimpah dijemur dijadikan ikan kering.
Tradisi Kerinan
Saat puncak musim kemarau, para nelayan di Danau Sentarum melaksanakan tradisi kerinan atau menangkap ikan bersama-sama.
Tradisi kerinan biasanya dilaksanakan di lubuk-lubuk yang banyak ikannya. Ikan-ikan ini terperangkap di lubuk karena air danau kian surut dan air sungai mulai kecil.
Tradisi kerinan dipimpin oleh ketua adat. Saat menangkap ikan harus dilakukan bersama-sama. Kalau ada yang mendahului, mereka dianggap sama dengan mencuri, sehingga akan dikenai sanksi berupa denda uang.
Meskipun ikan bisa ditangkap dengan mudah, ikan di lubuk tidak boleh dikuras habis. Harus ada ikan yang disisakan agar ikan-ikan ini bisa berkembang biak lagi.
Siluk Merah
Jika beruntung, nelayan bisa menangkap ikan siluk merah atau arowana super red (Scleropages formosus). Harga anakan arowana sebesar jari sekitar Rp 250.000,00. Sedangkan induknya bisa mencapai belasan juta rupiah.
Dalam setahun, ikan-ikan yang dihasilkan dari Danau Sentarum diperkirakan mencapai ratusan ton dengan nilai belasan miliar rupiah.
Danau Sentarum, benar-benar danau berlimpah ikan.
Foto-foto: Ricky Martin | Bobo.ID
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR