Suku Kutai memiliki ragam kesenian yang begitu unik. Berbagai tradisi yag dilakukan pun memiliki makna yang mendalam untuk masyarakatnya.
Seni Arsitektur
Rumah tradisional Suku Kutai sama dengan rumah tradisional Suku Dayak yang di kenal dengan sebutan lamin. Bentuk rumah adat lamin dari tiap suku umumnya tidak jauh berbeda.
Lamin biasanya didirikan menghadap ke arah sungai. Di halaman sekitar lamin terdapat patung-patung kayu berukuran besar yang merupakan patung persembahan nenek moyang.
Lamin berbentuk rumah panggung (memiliki kolong) dengan menggunakan atap berbentuk pelana. Untuk naik ke atas lamin, digunakan tangga yang terbuat dari batang pohon yang di susun membentuk undakan dan tangga ini bisa di pindah-pindah atau dinaik turunkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi ancaman musuh atau pun binatang buas.
Seni Drama
Mamanda merupakan salah satu kesenian drama tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Kutai. Istilah mamanda berasal dari kata pamanda / paman.
Kata tersebut dalam suatu lakon merupakan panggilan raja yang ditujukan kepada menteri. Wajir atau mangkubuminya dengan sebutan pamanda menteri, pamanda wajir, dan pamanda mangkubumi
Di masa lalu, kesenian mamanda merupakan pertunjukan yang cukup populer di tanah Kutai. Kesenian ini selalu dipertunjukkan pada setiap perayaan nasional, pada acara perkawinan, khitanan, dan sebagainya.
Saat ini, mamanda sudah jarang dipentaskan secara terbuka. Namun, pertunjukan ini masih bisa ditonton pada festival Erau di Kota Tenggarong.
Seni Kriya (Kerajinan Tangan)
Perisai atau Kelembit merupakan alat penangkis dalam peperangan melawan musuh. Perisai terbuat dari kayu yang ringan, tetapi tidak mudah pecah. Bagian depan perisai dihiasi dengan ukiran, tetapi sekarang ini kebanyakan dihiasi dengan lukisan yang menggunakan warna hitam putih atau merah putih.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR