Keberadaan uhang pandak atau orang pendek atau manusia katai di Taman Nasional Kerinci Seblat, Provinsi Jambi, menjadi misteri sejak ratusan tahun yang lalu.
Pada tahun 1292, uhang pandak sudah menjadi salah satu catatan menarik penjelajah Italia, Marco Polo. Namun, hingga sekarang keberadaan uhang pandak masih menjadi misteri.
Para penutur yang mengaku pernah melihat uhang pendek menggambarkan orang pendek bentuknya seperti manusia, tetapi badannya berbulu.
Jalannya tegak, tinggi sekitar 80 cm, dan membawa peralatan berburu seperti tombak.
Bagi masyarakat Suku Anak Dalam yang tinggal di hutan Taman Nasional Kerinci Seblat, uhang pandak sudah menjadi legenda sejak zaman dahulu.
Mereka percaya, uhang pandak ini sering terlihat dan tinggal di sekitar mereka. Meski begitu, mereka tidak pernah bisa bertemu dan mendekatinya.
Pada tahun 1923, Van Heerwarden, seorang peneliti zoologi yang sedang mengadakan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, secara tidak sengaja sempat melihat beberapa uhang pandak dengan ciri-ciri badannya berbulu, berjalan tegak, tingginya seperti anak usia 4 tahun, wajahnya tampak tua, rambut kepalanya hitam sebahu, dan membawa senjata tombak.
Sayang sekali, orang-orang pendek tersebut cepat menyelinap di antara kelebatan hutan sehingga tidak ditemukan lagi.
Penasaran dengan kisah orang pendek yang menghuni hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat, dua peneliti Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden, pada 1990 mulai mengadakan penelitian tentang uhang pandak selama beberapa tahun.
Dengan mengumpulkan informasi dari penduduk sekitar, mereka mencari tahu lokasi-lokasi dimana uhang pandak sering muncul. Kemudian dengan metode memasang kamera tersembunyi, mereka berusaha mencoba mencari bukti keberadaan mereka.
Sayangnya, penelitian selama bertahun-tahun itu tidak satu pun berhasil merekam jejak atau bentuk uhan pandak.
3. Siwil di Taman Nasional Meru Betiri, Banyuwangi
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR