Menurut cerita, Dewa Kebaikan sering berkeliling dunia dengan menyamar sebagai manusia biasa. Ia suka memerhatikan tingkah laku manusia di bumi. Pada suatu hari, Dewa Kebaikan berhenti di toko roti milik Bu Broti. Wanita pembuat roti itu memakai topi warna merah kesukaannya.
“Bolehkah aku meminta sepotong roti?” tanya Dewa Kebaikan yang menyamar menjadi seorang kakek miskin.
Bu Broti tidak enak untuk menolak. Ia takut akan dibilang kikir. Namun, ia memang tidak berniat untuk memberikan kakek itu roti.
“Tunggu sebentar ya, Kek… Aku akan bikin adonan dulu,” kata bu Broti.
Ia lalu mulai membuat adonan roti. Setelah adonan jadi, Bu Broti mengambil sepotong kecil adonan, lalu menggilingnya dengan gilingan kayu. Adonan itu jadi tipis sekali sampai diterbangkan angin.
“Yaaah, terpaksa aku harus menggiling lagi!” kata Bu Broti pura-pura kecewa.
Ia lalu mengambil potongan yang lebih kecil lagi dari adonan roti. Ia kembali menggiling sampai menjadi sangat tipis dan tembus pandang.
“Yaaah, ini terlalu tipis. Tidak bisa dijadikan roti. Aku harus menggiling adonan lagi,” kata Bu Broti lagi.
Kali ini, dia mengambil secuil adonan roti, lalu menggilingnya sampai tipis dan lebar sekali. Sangat sangat lebar, sampai helai adonan itu tidak cukup untuk diletakkan di wadah paling besar untuk memanggang roti.
“Maaf, adonan ini juga tidak bagus dan tidak bisa dipanggang. Sepertinya, Kakek tidak bisa mendapat roti di sini. Carilah di toko roti lain,” kata Bu Broti.
Kakek itu menggelengkan kepala kecewa.
“Kamu sangat kikir. Sebagai hukuman karena terlalu kikir, kamu akan kuubah menjadi burung dengan jengger merah, seperti warna topimu! Kamu akan mencari makanan di batang-batang pohon. Dan kamu hanya bisa minum kalau ada hujan turun!”
Kakek itu lalu menghilang dari toko roti itu. Bu Broti sangat terkejut. Namun, sebelum hilang terkejutnya…. PLOP! Tiba-tiba ia berubah menjadi seekor burung dengan jengger merah. Burung itu lalu keluar lewat cerobong asap sehingga seluruh tubuhnya menjadi hitam. Begitulah legenda asal mula terjadinya burung woodpecker.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR