Pasar Maeklong mendapat sebutan pasar paling ekstrim dan berbahaya di Thailand. Mengapa begitu ya? Yuk, kita cari tahu!
Pasarnya sangat dekat dengan rel kereta
Pasar Maeklong adalah salah satu pasar tradisional yang ada di Thailand. Pasar ini terletak di daerah Samut Songkhram. Seperti pasar pada umumnya, di sini juga menjual sayur-sayuran dan bahan-bahan memasak lainnya. Tapi pasar ini mendapat sebutan sebagai pasar paling esktrim dan berbahaya di Thailand. Mengapa?
Rupanya, Pasar Maeklong ini letaknya sangat dekat dengan rel kereta api. Sedekat apa sih? Di Indonesia biasanya pasar berjarak 5-10 meter dari rel kereta api. Kalau pasar yang ini hanya berjarak 2 cm dari rel kereta api. Wah, dekat sekali ya! Pembelinya bahkan menjadikan rel kereta api sebagai jalan setapak. Apa tidak takut terkena kereta api yang lewat ya?
Sudah biasa dengan kereta yang lewat
Para pembeli dan penjual di pasar ini ternyata sudah terbiasa. Ketika sirine tanda kereta api akan lewat berbunyi, mereka semua akan bersiap-siap. Para pembeli segera pindah ke tempat yang lebih aman dan jauh dari kereta. Sementara para penjual akan merapikan tenda mereka.
Tenda mereka sudah dibuat khusus agar bisa dilipat. Jadi, mereka tinggal membawa tenda mereka dan menjauh dari kereta. Sementara barang dagangannya mereka tinggalkan di sana. Para penjual sudah tahu bagaimana harus meletakan barang dagangannya agar tidak terbawa kereta api.
Ketika lewat di Pasar Maeklong pun kereta api akan melaju dengan pelan. Biasanya kecepatan keretanya hanya 15 km/jam. Setiap hari, kereta api biasanya lewat sebanyak tujuh kali. Empat kali di pagi hari dan sisanya di siang juga sore hari. Para penjual pun sudah hafal kapan kereta akan lewat. Setelah kereta lewat, aktivitas di pasar ini pun akan kembali seperti semula.
Sejak 1905
Pasar ini sudah ada sejak 1905 sebelum rel kereta dibangun. Sudah beberapa kali pemerintah ingin menggusur pasar ini tapi tidak berhasil. Para penjual tetap saja menggelar dagangannya di sini. Para pembeli pun selalu berdatangan, bahkan juga para turis.
Kalau kamu berani nggak belanja di sini? Meskipun berani, kita harus tetap hati-hati.
Penulis | : | Aisha Safira |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR