Ahmed mengangguk-angguk dan memberi isyarat pada Rodiah.
"Saya bermimpi naik perahu bersama kawan-kawan. Kami memancing ikan dan mendapat ikan yang besar-besar. Tiba-tiba gelombang besar menghantam perahu sehingga terbalik. Untunglah kami semua selamat!" cerita Rodiah.
"Baik, perahu yang kalian naiki warnanya apa?" tanya Ahmed.
Rodiah berpikir sejenak dan menjawab. "Warna putih, Tuan!"
"Baiklah, sekarang giliran Anidar!" kata Ahmed.
"Saya bermimpi berada di taman bunga. Dengan gembira saya memetik bermacam-macam bunga dan merangkainya. Lalu bunga itu saya berikan pada ibu saya yang sedang sakit dan ia pun sembuh," kata Anidar.
"Oh, mimpi yang indah. Apa warna bunga-bunga itu?" tanya Ahmed.
"Ada bunga mawar yang merah, bunga seruni yang putih, bunga matahari yang kuning, dan bunga anggrek yang ungu. Daun-daunnya berwama hijau indah!" jawab Anidar.
Ahmed mengangguk-angguk. Lalu ia berkata, "Nah, saya ingin mengajukan satu pertanyaan lagi. Misalnya suatu hari kalian melihat putra tuan rumah yang berumur enam tahun masuk kamar ibunya dan mengambil uang Rp. 100.000 dari dompet ibunya. Apa yang kalian lakukan?"
"Saya akan membiarkannya. Itu urusan majikan. Sebagai pembantu, saya tidak mencampuri urusan tersebut!" kata Zuleha.
Ahmed memberi isyarat agar Rodiah menjawab.
"Anak-anak tidak boleh dibiarkan lancang. Saya akan menegur anak itu lalu menuntunnya menghadap ibunya untuk mengakui kesalahannya!" jawab Rodiah.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR