"Bobo-ku di mana?? Bobo-ku di mana ??? Cir-kicir kicir... kicir!" celoteh Abi sambil menggoyang-goyangkan kepalanya. Rupanya, ia sedang bermain jadi orang gila.
Maria menari Cakalele sambil memegang bantal dan sapu lidi. Pura-puranya bantal adalah perisai dan sapu lidi adalah pedangnya.Yati berdiri di depan sederet boneka. Ia memarahi boneka-boneka itu.
"Tujuh tambah tujuh, kok, tujuh puluh tujuh! Pasti kalian sedang mengantuk! Makanya, kalau disuruh tidur siang, ya tidur!"
"Ha ... ha ... ha ..." maka meledaklah tawa mama Abi, mama Maria, dan mama Yati. Ketiga anak itu tersipu malu, ketika tahu tingkah laku mereka yang konyol itu sedang ditonton.
Akhimya, mama Abi, mama Maria, dan mama Yati meringankan hukuman mereka. Dari tak boleh membaca Bobo selama satu bulan menjadi satu minggu. Adil, kan! Abi, Maria, dan Yati bersorak gembira. Mereka lalu mencium mamanya masing-masing. Mereka pun berjanji tidak akan nakal lagi.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: V. Parengkuan.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR