Hari ini, ada pesta perkawinan di desa Abi, Maria, dan Yati. Pesta itu diramaikan oleh tarian cakalele. Cakalele adalah sejenis tarian perang. Abi, Maria, dan Yati asyik menonton tarian itu. Kadang-kadang Maria meniru gerakan Cakalele. Maria memang kocak. Abi, Yati, dan penonton lainnya dibuatnya terpingkal-pingkal. Karena asyik, ketiga anak itu lupa pulang untuk istirahat. Malamnya, mereka terkantuk-kantuk ketika membuat PR.
"Makanya, kalau main harus ingat waktu!" tegur mama Abi.
"Itulah akibatnya kalau kebanyakan main!" ujar mama Yati.
"Mama, kan, suruh kamu istirahat sebentar. Eh, malah loncat dari jendela dan menonton cakalele! Sebagai hukuman, kamu tidak akan mendapat majalah Bobo selama satu bulan!" marah mama Maria.
"Oh Bobo ..." keluh Maria di dalam hati. Tetapi, ia tidak terlalu sedih. Soalnya, Abi dan Yati berlangganan Bobo. la bisa meminjam dari mereka.
Keesokan harinya, Maria dating ke rumah Abi. Yati sudah ada di sana. Maria lalu menceritakan hukuman mamanya kepada kedua temannya.
"Jadi, kau juga?!" tanya Abi dan Yati serempak. Ternyata, Abi dan Yati pun mendapat hukuman yang sama.
"Oh, Bobo!" keluh ketiga anak itu. Uang tabungan mereka sebenarnya cukup untuk membeli sebuah majalah Bobo. Tetapi... mau beli di mana? Ketiga anak itu tinggal di sebuah desa di Pulau Sangihe. Majalah Bobo tidak dijual di desa itu. Harus dikirim dari Manado melalui pos.
"Kita memang bersalah. Tetapi, tidak seru kalau cuma bersedih dan diam-diam begini!" gerutu Abi.
"Betul, Bi! Yuk kita main saja, supaya tidak sedih!" usul Maria. Abi dan Yati mengangguk-angguk setuju.
Tak lama kemudian, terdengar suara cekikikan dari kamar Abi. Mama Abi jadi penasaran. Pintu kamar Abi lalu dibukanya sedikit. Tetapi, cepat-cepat ditutupnya kembali sambil menahan tawa. Mama Abi laiu segera memanggil mama Maria dan mama Yati. Ketiga wanita itu lalu bergantian mengintip ke kamar Abi....
Ketiga anak itu memakai bedak yang sangat tebal. Rambut mereka dikucir di sana-sini. Lalu diberi pita-pita berwama-warni.
"Bobo-ku di mana?? Bobo-ku di mana ??? Cir-kicir kicir... kicir!" celoteh Abi sambil menggoyang-goyangkan kepalanya. Rupanya, ia sedang bermain jadi orang gila.
Maria menari Cakalele sambil memegang bantal dan sapu lidi. Pura-puranya bantal adalah perisai dan sapu lidi adalah pedangnya.Yati berdiri di depan sederet boneka. Ia memarahi boneka-boneka itu.
"Tujuh tambah tujuh, kok, tujuh puluh tujuh! Pasti kalian sedang mengantuk! Makanya, kalau disuruh tidur siang, ya tidur!"
"Ha ... ha ... ha ..." maka meledaklah tawa mama Abi, mama Maria, dan mama Yati. Ketiga anak itu tersipu malu, ketika tahu tingkah laku mereka yang konyol itu sedang ditonton.
Akhimya, mama Abi, mama Maria, dan mama Yati meringankan hukuman mereka. Dari tak boleh membaca Bobo selama satu bulan menjadi satu minggu. Adil, kan! Abi, Maria, dan Yati bersorak gembira. Mereka lalu mencium mamanya masing-masing. Mereka pun berjanji tidak akan nakal lagi.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: V. Parengkuan.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR