"Pernah di desaku ada kasus pencurian domba. Dombanya satu, tapi yang mengaku memilikinya ada dua, yaitu Ujang dan Ihin. Mereka katakan nama domba mereka si Putih," demikian cerita Sadijah.
"Ketika banyak orang berkumpul di rumah Pak RT, aku juga ikut menonton. Sulitnya, orang sering melihat Ujang dan Ihin bersama-sama menggembalakan ketujuh domba mereka. Jadi tidak jelas siapa yang punya tiga domba, dan siapa yang punya empat domba."
Anak-anak sangat tertarik."Pak RT berkali-kali meminta supaya mereka jujur saja, tapi keduanya tetap berkeras domba itu milik mereka," kata Sadijah.
"Lalu aku mengatakan bahwa aku tahu domba itu milik siapa dan Pak RT mengizinkan aku bertindak," kata Sadijah.
"Kalau sudah tahu domba itu milik siapa, bukan berarti kamu memecahkan kasus!" tiba-tiba Agus berkata.
"Tunggu dulu, Gus. Ceritanya belum selesai," kata Tino. la amat tertarik mendengar kisah detektif wanita itu.
"Aku belum tahu si Putih itu milik siapa, tapi aku tahu cara membuktikannya," kata saijah. "Domba itu lalu kumasukkan ke kamar tidur Pak RT."
"Gerrr," anak-anak tertawa."Teruskan, teruskan!" terdengar suara Mirta.
"Kemudian kusuruh Ujang memanggil si Putih," Sadijah meneruskan.' Putih, Putih, mari keluar!' begitu kata si Ujang."
"Kuamati reaksi si Putih. Ternyata si Putih diam saja. Jadi kemudian kuminta Ihin memanggil si Putih," sambung Sadijah, "Ihin pun berseru, 'Putih, klek, klek, klek, Putih, klek, klek, klek. 'Suara klek, klek, klek itu ditirukan oleh Sadijah dengan menggulung lidahnya ke atas.
"Nah, si Putih berlari keluar kamar. Ihin menangkap dan menggendongnya. Orang-orang bersorak dan mengejek Ujang. Ujang pun dinasihati oleh Pak RT dan penonton bubar," Sadijah mengakhiri ceritanya.
Anak-anak bertepuk tangan. "Cerita kasus lain lagi, dong!" pinta Mirta.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR