Monita selalu melewati warung Bibi Jorok sepulang sekolah. Setiap hari Senin Bibi Jorok menjual es kolak. Sungguh menggoda dagangannya itu pada saat matahari befsinar terik. Sayang, dagangan Bibi Jorok tidak bersih. Lalat-lalat beterbangan keluar masuk warungnya.
Ibu memperingatkan Monita, "Jangan membeli es kolak Bibi Jorok, nanti sakit perutmu!" Monita mematuhi larangan ibunya. la tak pernah menengok ke arah warung Bibi Jorok. Tidak begitu dengan teman-temannya, mereka banyak berbelanja ke sana. Akibatnya ada yang jatuh sakit.
Monita menegur Bibi Jorok, "Bibi sungguh jorok! Teman-teman saya sakit perut karena makanan Bibi!"
Pada hari Selasa Bibi Jorok membuat kue serabi. Makin banyak lalat yang menyerbu warungnya, karena sampah-sampah yang kemarin belum dibersihkan. Ibu berpesan pada Monita, "Jangan sekali-sekali memakan kue serabi itu, panas nanti kerongkonganmu!"
Monita mengingat pesan ibunya. Namun banyak temannya tidak mengindahkan nasihat ibu mereka. Di warung Bibi Jorok, mereka melahap sepuas-puasnya kue serabi yang dilumuri gula merah. Akibatnya kerongkongan mereka menjadi panas dan bengkak.
Monita marah kepada Bibi Jorok, "Dagangan Bibi tidak bersih! Sekarang teman-teman saya sakit kerongkongan karena kue serabi Bibi!"
Keesokan harinya, hari Rabu, Bibi Jorok menyediakan gula-gula cokelat yang lezat. Semakin banyak lalat yang masuk ke dalam warungnya, karena mereka dibiarkan bebas mencicipi gula-gula di atas piring tak tertutup. Ibu melarang Monita membelinya, "Kalau tak ingin batuk mengganggu tidurmu!"
Teman-teman Monita membeli gula-gula buatan Bibi Jorok. Saku-saku mereka dipenuhi dengan gula-gula itu. Banyak di antara mereka menjadi batuk-batuk.
Monita yang tak tergoda mendatangi Bibi Jorok, "Besok kami tidak bisa belajar dengan tenang, karena hampir semua batuk-batuk. Berhentilah Bibi menjual makanan yang tidak sehat!"
Bibi Jorok marah mendengar teguran Monita. la takut ucapan Monita didengar anak-anak yang lain. Aku harus membujuk anak itu agar berbelanja di warungku, pikirnya. Maka pada hari Kamis, Bibi Jorok menjual es kolak dan kue serabi. Ketika Monita melintas sepulang sekolah, ia menyapa ramah, "Berbelanjalah di warungku, Monita. Kalau es kolak tidak menarik perhatianmu, kau bisa membeli kue serabi untuk mengganjal perutmu yang lapar."
Monita berhenti sejenak. Panas matahari yang menyengat memang semakin membuatnya lapar, sementara rumah masih jauh. Monita lupa nasihat ibunya, ia melangkah memasuki warung dan membeli sepiring kue serabi.
"Es kolak bisa menjadi penyejuk kerongkonganmu," ujar Bibi Jorok setelah Monita menghabiskan kuenya.
Monita setuju dan memesan semangkok es kolak. Setelah perutnya penuh, barulah Monita meninggalkan warung diiringi senyum licik Bibi Jorok. Sesampai di rumah, oh.., oh.., Monita merasa mulas perutnya dan panas kerongkongannya.
"Seandainya kau tak tergoda, sakit ini tak akan kaualami," kata ibunya sedih. la merawat Monita dengan telaten agar putrinya itu bisa sekolah esoknya.
Monita sembuh keesokan harinya dan ia berangkat sekolah seperti biasa. Kali ini Monita tak mau lagi kena bujuk rayu Bibi Jorok. Ia memalingkan muka saat melewati warung Bibi Jorok.
Bibi Jorok jengkel melihat ulahnya. Maka pada hari Sabtu ia menyediakan es kolak, kue serabi, dan gula-gula coklat. Dirintanginya langkah Monita ketika anak itu hendak melewati warungnya. Bibi Jorok berkata, "Hari ini aku menjual es kolak, kue serabi, dan gula-gula coklat. Kamu sungguh anak tolol bila tidak bisa memilih di antara ketiganya!"
Monita berpikir, ia bisa membeli gula-gula untuk menemani perjalanannya. Maka ia memenuhi saku-saku bajunya dengan gula-gula coklat. Gula-gula yang sangat manis itu dihabiskannya sepanjang perjalanan pulang.
Setiba di rumah Monita batuk-batuk dengan keras. Ibu Monita sedih mendengarnya. la berkata, "Kau tidak lagi menjadi gadis kecil yang tabah, Monita. Penderitaan akan selalu mengintai hati yang lemah. Lebih aman bagimu bila kau berubah menjadi seekor kucing yang manis…”
Ibu Monita belum menyelesaikan ucapannya ketika tiba-tiba Monita menjelma menjadi seekor kucing berbulu putih bersih. Ibu semakin merana hatinya, "Mungkin ini sudah kehendak Dewa," la menghibur diri.
Ibu membawa Kucing Monita ke halaman. Bibi Jorok melihatnya. "Kucing yang manis, cocok untuk anak-anakku di rumah," gumamnya.
Bibi Jorok menangkap Kucing Monita, lalu memasukkannya ke dalam karung. la menyerahkan kucing itu kepada tiga anak gadisnya.
Si Sulung berseru, "Kucing cantik ini akan menemaniku membuat es kolak!"
Sambil berkata demikian, si Sulung mencengkeram tengkuk Kucing Monita dan mendudukkannya di meja dapur. Lalu ia mulai sibuk bekerja. Uh, si Sulung sama jorok dengan ibunya. la memakai perabot bekas terpakai kemarin, tanpa dibersihkan sebelumnya. Ubi dan ketela untuk kolak tak dicucinya sebelum dipotong. Padahal masih banyak tanah yang melekat. Kucing Monita sebal melihatnya. Pantaslah ia dan teman-temannya sakit perut membeli es kolak itu! Maka ketika es kolak telah terhidang di atas meja, Kucing Monita menendangnya dengan keras.
Es kolak berceceran di lantai. Si Sulung dengan marah mencampakkan Kucing Monita ke sudut dapur.
Si Tengah mengangkatnya dan menghardik, "Kucing nakal, kau harus membantuku membuat kue serabi untuk persediaan seminggu!"
Astaga, kue serabi dibuat untuk seminggu! Berarti selama ini ia dan teman-temannya telah memakan kue yang telah basi! Kucing Monita menggerutu. Ketika adonan kue siap dipanggang, ia menumpahkannya ke dalam perapian.
Bukan main marahnya si Tengah. Diputar-putarnya Kucing Monita, lalu dilemparkan ke pintu dapur. Si Bungsu memungutnya sembari berkata, "Bersikap manislah padaku! Kuberi kau gula-gula cokelat buatanku."
Kucing Monita melihat kedua tangan si Bungsu berlumpur. Ternyata si Bungsu sama jorok dengan kakak-kakak dan ibunya. Diam-diam Kucing Monita menyeret kantong-kantong gula dan membuangnya ke bak sampan. Lalu, ia merobek-robek plastik bubuk coklat dan menaburkannya ke lantai.
Si Bungsu sangat gusar memergoki kelakuan Kucing Monita. la menyeret kucing itu ke hadapan ibunya.
"Kucing ini memorakporandakan dagangan kita. Ibu tak bisa berjualan selama seminggu," adu si Bungsu. Tak terkirakan marahnya Bibi Jorok.
"Enyahlah kau, Kucing Busuk!" teriaknya sambil menendang Kucing Monita sekeras-kerasnya sampai ia kembali ke halaman rumahnya.
Ibu Monita membuka pintu dan mengangkat kucing itu dari halaman. "Ke manakah kau bermain seharian?" tanyanya.
Kucing Monita mengeong. Ibu melihat bulu-bulu kucing itu kotor kena air santan, gula merah, dan serbuk cokelat.
Bertanya Ibu dengan khawatir, “Apakah kau pergi ke rumah Bibi Jorok?"
Kucing Monita mengeong lagi. Ibu menciumi mulutnya, kemudian berseru gembira, "Syukurlah kau tak mencicipi makanan Bibi Jorok, kau telah kembali menjadi gadis kecilku yang tabah!"
Sekejap setelah perkataan ibu Monita, kucing itu kembali berubah menjadi gadis kecil yang manis. Gadis kecil itu sangat bahagia dan menciumi ibunya. Sejak kejadian itu Monita tak lagi mudah tergoda oleh makanan-makanan tak bersih yang dijual di jalanan. Pada hari Senin berikutnya ia pulang sekolah tanpa bechenti di depan warung mana pun.
Di pikirannya hanya terbayang makanan sehat dan bergizi yang telah disediakan Ibu di rumah.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Lena D
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR