Pernah tahu ada boneka yang bisa bicara sendiri? Eits, boneka itu tidak benar-benar bicara sendiri lo, melainkan ada manusia yang membuatnya seolah bisa berbicara sungguhan. Yup, itu adalah seni ventriloquisme.
Suara perut
Ventriloquisme adalah seni berbicara tanpa menggerakkan bibir. Kata ini berasal dari bahasa Latin, venter artinya perut, loqui artinya berbicara, dan ism yang berarti ilmu atau paham. Ventriloquisme sering juga disebut sebagai suara perut. Walaupun sebenarnya, suara itu bukan berasal dari perut.
Disenangi berbagai kalangan
Ada dua macam ventriloquisme, tapi yang paling populer adalah jenis ventriloquisme dekat. Ventriloquis membuat suaranya tampak berasal dari sebuah benda yang dekat, seperti boneka atau wayang. Seni ini merupakan hiburan yang disenangi berbagai kalangan, mulai anak-anak sampai dewasa. Biasanya, pertunjukan ini dibawakan dalam bentuk komedi.
Dikaitkan dengan sihir
Ventriloquisme sudah dikenal sejak awal Yunani kuno. Tetapi pada saat itu, seni ini disalahgunakan menjadi praktik agama yang keliru. Suara-suara yang dihasilkan oleh perut dianggap menjadi suara-suara arwah yang merasuki para ventriloquis. Oleh karena itu, ventriloquisme sering dikaitkan dengan sihir. Selama Abad Pertengahan, melakukan ventriloquisme dianggap sebagai sebentuk sihir dan diancam dengan hukuman. Pada abad ke-16, barulah seni ini diterima oleh masyarakat sebagai sebentuk hiburan.
Sebagai hiburan
Pada masa modern, ventriloquisme dikenal sebagai seni hiburan panggung di pertunjukan sulap dan acara TV. Biasanya ventriloquis duduk di bangku dengan boneka yang ada di pangkuannya. Sang ventriloquis melontarkan humor-humor, ada juga yang memilih bernyanyi. Mereka merupakan aktor tunggal, karena semua suara merupakan suara ventriloquis itu sendiri.
Ventriloquis Indonesia
Seni ini masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Belanda pada saat penjajahan Belanda. Ventriloquis di Indonesia yang terkenal antara lain Almarhum Bapak Marijoen V. M. dengan bonekanya Koko. Selain itu ada Kak Gatot Sunyoto dengan bonekanya Tongki, dan Kak Ria Enes dengan boneka Susan.
Penulis | : | Danastri Permata Putri |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR