“Bukan, ini kertas HVS 80 gram. Masing-masing akan dapat satu lembar dengan ukuran setengah folio!” Pak Awang memberitahu dan mulai membagikan kertas-kertas putih polos itu kepada anak-anak yang duduk di bangku terdepan. Mereka meneruskannya ke belakang sampai semua anak kebagian.
“Bikin kapal terbang, ya, Pak?” tanya Badu. Pak Awang senyum dan menggelengkan kepala, membuat anak-anak penasaran. Setelah semua anak kebagian kertas, Pak Awang berkata, “Sekarang, ambil pensil!” Dengan agak tegang anak-anak menurut perintah Pak Guru.
“Kalian tak boleh bertanya. Lakukan saja apa kata Bapak!” kata Pak Guru.
“Sekarang, gambarlah sebuah lingkaran!” perintah Pak Awang. Anak-anak mulai menggambar. Pak Awang berkeliling mengamati pekerjaan anak-anak didiknya. Setelah itu ia meminjam kertas beberapa anak, menuliskan nama anak-anak itu di kertas masing-masing.
Lalu Pak Awang berdiri di muka kelas dan memperhatikan kertas-kertas itu bergantian. “Perintahnya, membuat lingkaran. Dan kalian tidak boleh bertanya. Hasilnya seperti ini: Badu membuat lingkaran besar hampir memenuhi kertas. Eko membuat lingkaran sebesar alas gelas. Erika membuat lingkaran sebesar uang logam seratus. Semuanya memang lingkaran, tidak salah. Padahal yang ada dalam pikiran Bapak adalah lingkaran dengan garis tengah 8 cm. Nah, inilah yang disebut komunikasi satu arah. Komunikasi yang tidak jelas!”
Kemudian Pak Awang mengembalikan kertas-kertas itu.
“Sekarang Bapak akan perintahkan kalian untuk menggambar. Kali ini kalian boleh bertanya. Gambarlah sebuah segitiga sama sisi!”
“Berapa panjang sisinya Pak?” tanya Lala. “Panjang sisinya 5 cm!” jawab Pak Awang.
“Di mana letaknya, Pak? Di kiri, kanan, atau tengah? Di atas atau di bawah?” tanya Eko.
“Di kanan bawah dengan alas segitiga pada tepi kertas dan satu sudut pada ujung kertas!” jawab Pak Awang. Anak-anak mulai bekerja.
Setelah selesai, Pak Awang meminjam kertas dua anak dan menunjukkan pada anak-anak.
“Dengan ada komunikasi dua arah, maka gambar kalian sesuai dengan apa yang Bapak maksudkan!” kata Pak Awang.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR