Ada tiga jenis bunga yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai bunga nasional Indonesia. Ketiga bunga ini diharapkan mampu mewakili karakter bangsa Indonesia. Bunga apa sajakah itu?
1. Puspa Bangsa
Bunga melati (Jasminum sambac) atau disebut juga melati putih merupakan salah satu spesies melati yang berasal dari Asia Selatan yang ditetapkan sebagai “Puspa Bangsa”.
Bunga melati berukuran kecil, umumnya berwarna putih, petala (mahkota bunga) selapis atau bertumpuk. Daun bentuk membulat. Melati mempunyai bentuk mahkota yang sederhana. Melati memiliki bunga berwarna putih suci dengan aroma yang lembut menenangkan.
Di Indonesia ada banyak nama lokal yang diberikan kepada bunga melati seperti, menuh (bali), Meulu Cina, Meulu Cut (Aceh), Malete (Madura), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), dan Mundu (Bima, Sumbawa).
2. Puspa Pesona
Bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu jenis anggrek (Orchidaceae) yang mempunyai ciri khas kelopak bunga yang lebar dan berwarna putih, serta ditetapkan sebagai “Puspa Pesona”.
Anggrek bulan hidup secara epifit, yaitu menempel pada batang atau cabang pohon inang. Anggrek bulan ini sangat indah sehingga tidak heran jika ditetapkan sebagai bunga pesona Indonesia.
3. Puspa Langka
Padma Raksasa (Rafflesia arnoldi) ditetapkan menjadi puspa langka melengkapi Melati Putih (puspa bangsa) dan Anggrek Bulan (puspa pesona). Tanaman ini juga menjadi flora identitas provinsi Bengkulu.
Rafflesia arnoldii atau padma raksasa yang merupakan tanaman endemik Sumatera merupakan satu dari sekitar 30-an jenis Rafflesia yang ditemukan di Asia Tenggara, mulai dari semenanjung Malaya, Kalimantan, Sumatra, dan Filipina. Dinamakan padma raksasa lantaran ukuran bunganya yang mampu mencapai diameter 100 cm dengan berat 10 kg.
Sampai saat ini Rafflesia arnoldii tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR