Di Baduy, Paman Kikuk dan Husin menginap di rumah Pak Sarpin. Setelah berkenalan, mereka pun mengobrol. “Besok, kami ada acara kerja bakti. Paman mau ikut?” ajak Marno, putra bungsu Pak Sarpin.
KUSSUSANI
Petualangan di Suku Baduy III
“Besok, kami akan memanen pohon jenjeng di bukit tepi desa,” jelas Pak Sarpin. “Tentu saja kami ikut. Aku ini petualang. Biasa naik turun gunung. Kalau hanya naik bukit, mah, keciiil...,” sumbar Paman Kikuk.
KUSSUSANI
Petualangan di Suku Baduy III
Esok paginya, Paman Kikuk bangun lebih awal. “Bawa golok ini. Semua lelaki Baduy selalu menyandang golok saat ke ladang,” pinta Pak Sarpin. Paman Kikuk girang sekali menyandang golok karena terlihat gagah.
KUSSUSANI
Petualangan di Suku Baduy III
“Ayo, Paman, kita jalan,” ajak Marno. Mereka bertiga mendaki bukit di tepi desa. Marno sangat tangkas mendaki. Husin berusaha mengejarnya. Paman Kikuk tampak kerepotan. Dia tertinggal paling belakang.
KUSSUSANI
Petualangan di Suku Baduy III
Di ladang, orang-orang sudah ramai bekerja. Marno cekatan sekali memainkan golok kecilnya untuk memotongi dahan ranting pohon yang sudah ditebang. Husin mengikutinya.
KUSSUSANI
Petualangan di Suku Baduy III
Paman Kikuk terengah-engah. “Aku istirahat sebentar,” katanya. Paman Kikuk mencari tempat duduk di bawah sebatang pohon. Sementara itu, orang Baduy bekerja dengan cepat.
KUSSUSANI
Petualangan di Suku Baduy III
“Paman, bangun. Ayo, kita pulang,” ajak Husin. Rupanya, Paman Kikuk tertidur karena kecapekan. Orang-orang Baduy turun bukit sambil memanggul kayu. Lagi-lagi, Paman Kikuk tertinggal paling belakang.
KUSSUSANI
Petualangan di Suku Baduy III
Setibanya di rumah Pak Sarpin, “Aduuuh... kakiku pegal, Sin. Badanku juga gatal semua kena ulat bulu,” rintih Paman Kikuk sambil menggaruk seluruh badannya. “Lo, katanya petualang...,” ledek Husin. (Cerita: Joko/Ilustras : Sabariman R.)
KOMENTAR