Hari ini, ada anak baru di kelas Rudi dan Runi. Nama anak itu Maylafania Kanaya Mirela. Anak perempuan itu segera berteman akrab dengan Runi.
“Kenalkan, ini Rudi adikku,” kata Runi saat jam istirahat tiba.
“O ya? Kalian kakak adik? Kok, bisa sekelas? Perkenalkan aku Nia,” sahut anak yang nama lengkapnya panjang sekali itu.
Sebenarnya, Rudi dan Runi terlahir kembar. Runi lahir 8 menit lebih dulu dibandingkan Rudi. Badan Runi pun lebih besar dibandingkan dengan saudara laki-lakinya itu. Karena itulah Runi dianggap sebagai kakak. Runi pun sangat bangga sebagai anak pertama di keluarganya.
“Kami kembar, kok,” kata Rudi ketika melihat kebingungan di wajah Nia.
Mendengar hal itu, Nia malah lebih heran lagi. Kedua anak kembar ini sama sekali tidak mirip. Runi adalah anak perempuan bertubuh besar. Rambutnya panjang berombak. Runi sangat suka bercerita. Lebih tepatnya Runi suka berbicara. Runi sering membicarakan apa saja, kapan saja, di mana saja. Sedangkan Rudi? Rudi adalah kebalikannya.
Hari ini, Rudi dan Runi dijemput oleh Bu Dini, ibu mereka. Biasanya mereka ikut mobil jemputan dari sekolah. Sejak mereka pindah rumah, Bu Dini yang mengantar jemput mereka. Bu Dini belum mengurus mobil jemputan baru untuk anak-anaknya. Sepanjang perjalanan pulang, Runi diam saja. Runi baru berbicara pada mamanya setiba di rumah.
“Mama, tadi di sekolah ada anak baru. Namanya bagus sekali, tidak seperti namaku,” kata Runi.
Mendengar itu, Mama segera berbalik menghadap anak perempuannya yang masih mengenakan pakaian sekolah itu.
“Maksudmu? Namamu tidak bagus?” tanya Mama.
Rudi yang mendengarkan percakapan itu sudah siap-siap mau lari ke kamarnya. Sepertinya mamanya mau mengomel. Mama kalau sedang mengomel bisa bermenit-menit, bahkan pernah berjam-jam. Rudi masih ingat ketika dia dan kakaknya bermain api di apartemen tempat tinggal mereka dulu. Mama mengomeli mereka lama sekali.
“Namaku hanya Runi Putri. Mirip sekali dengan Rudi Putra. Nia namanya Maylafania Kanaya Mirela,” gumam Runi.
Tak disangka, Mama tidak marah, tidak juga mengomel. Dengan lembut Mama menggandeng tangan Runi dan membimbingnya ke sofa. Melihat hal itu, Rudi tidak jadi menyelinap ke kamarnya. Dia juga ingin tahu, kenapa dia diberi nama Rudi, nama yang mirip sekali dengan kakaknya.
“Rudi, ke sini, Nak,” panggil Bu Dini.
Rudi segera berlari dan duduk di samping ibunya. Kedua anak kembar itu mengapit ibu mereka.
“Kalian tahu nama Papa dan Mama? Nama kalian berdua berasal dari singkatan nama kami, Heru dan Dini. Runi dan Rudi. Putra dan Putri untuk membedakan anak perempuan dan anak laki-laki,” kata Bu Dini.
“Ooo… Begitu, ya, Ma? Aku baru tahu. Kok, Mama baru cerita sekarang?” tanggap Runi.
“Kalian berdua dilahirkan prematur, lahir sebelum waktunya. Bayi biasanya dilahirkan pada usia kandungan 9 bulan. Kalian berdua Mama lahirkan pada usia kandungan 7 bulan. Hmmm… Mama jadi enggak sempat siapkan nama yang panjang, deh. Padahal Mama sudah beli buku nama-nama bayi,” sambung Bu Dini lagi.
“Kalau misalnya sempat, Mama mau menamakan kami siapa?” kali ini Rudi yang bertanya.
“Mama dan Papa saling berbagi tugas. Anak perempuan akan diberi nama oleh Mama. Anak laki-laki diberi nama oleh Papa,” ujar Mama.
“Berarti aku yang memberi nama Mama, ya? Mama mau memberi nama apa kepadaku?” sela Runi.
“Mama ingin memberi nama anak Mama yang cantik ini seperti nama putri-putri cantik di Negeri Dongeng. Mama juga ingin menamainya seperti nama peri yang baik hati,” jawab Mama sambil membelai rambut panjang Runi.
“Iya, Ma? Wow! Namaku seperti nama putri dan peri Negeri Dongeng. Andai saja…,” gumam Runi sambil menerawang.
“Mama pernah ingin menamai anak perempuan Mama dengan nama Nirmala, peri baik hati di majalah yang Mama baca waktu kecil,” kata Mama.
“Itu juga nama peri baik hati di majalah yang kami baca. Kenapa aku tidak Mama namai Nirmala?” tukas Runi.
“Kak Runi sama baiknya, kok, dengan Nirmala. Kak Runi adalah kakak paling baik di dunia,” hibur Rudi.
Rudi menghibur kakaknya itu supaya Runi tidak menangis. Rudi tahu kalau kakaknya itu sampai sedih, hanya dalam hitungan detik air matanya pasti menetes. Lagi pula, Rudi berkata yang sebenarnya, kok. Runi memang kakak yang paling baik buat Rudi, karena Runi adalah satu-satunya kakak Rudi.
“Yang penting itu bukan namanya, tetapi isi hatinya. Walaupun namanya cantik, tetapi sifatnya tidak baik, tetap tidak baik,” kata Bu Dini.
“Nama kita bagus, kok. Seperti nama orang tua kita,” kata Rudi pada kakak kembarnya.
“Iya, benar. Sekarang, tiap ingat nama kita, jadi ingat Mama dan Papa,” sahut Runi.
Bu Dini senang sekali mendengar perkataan anak-anaknya. Mereka bertiga pun berpelukan.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR