"lya juga, ya!" Mita mengangguk-angguk mengerti.
Kedua anak itu makan sambil bercakap-cakap.
"Kata ibuku, Tuhan ingin kita rapi supaya tampak tertib dan indah. Buktinya, Tuhan menciptakan bunga-bunga yang indah, alam yang indah, matahari selalu terbit tiap pagi dan terbenam di waktu petang!" kata Kezia.
"Kami selalu bangun pagi hari, berdoa, olahraga di depan rumah, dan kemudian sibuk dengan tugas masing-masing. Paling lambat pukul 21.30 kami harus tidur agar tidak terlambat bangun. Ayah dan Ibu tidak ingin terlambat tiba di sekolah. Mereka merasa gagal kalau sampai terlambat. Mereka, kan, harus mengajar disiplin pada murid-murid. Jadi, mereka pun harus disiplin."
"Aku pernah baca, cara mengajar yang baik adalah dengan memberikan teladan. Percuma saja, kalau kita mengajarkan hal-hal yang baik, tapi kita sendiri tidak melakukannya!" kata Mita.
Selesai makan, Kezia mencuci piring, sendok, dan gelas. Mita membantu mengelap sendok dan garpu.
"Sendok dan garpu harus dilap segera setelah dicuci. Kalau tidak nanti jadi jelek. Gelas dicuci duluan, karena gelas yang paling bersih!" kata Kezia.
"Wah, cuci piring dan gelas pun ada aturannya!" celetuk Mita kagum.
"Segala sesuatu memang ada aturannya. Kalau tidak berolahraga, tubuh menjadi lesu. Kalau tidak buat PR, dimarahi guru. Kalau..."
"Kalau datang ke sini tidak janji dulu, tidak dimasakkan makanan yang enak!" potong Mita dan mereka tertawa.
Selesai mencuci piring, mereka berdua membuat PR di kamar Kezia. Setelah selesai belajar, Mita pamit pulang.
"Sebenarnya aku malas pulang. Nyaman sekali di sini. Kamarmu saja seperti hotel. Baiklah, sampaikan terima kasih pada ibumu, ya. Masakannya lezat. Oh ya, aku jadi ingin beres-beres di rumah. Biar suatu hari nanti, bila kamu main ke rumahku, kamu pun bisa berseru: 'Wow, rapinya!' "
Kezia tersenyum gembira. "Ayah dan Ibu pasti bangga bila kuceritakan hal ini. Pasti mereka akan bilang: 'Wow, berhasil juga ya misi kita, memberi contoh kerapian dan ketertiban'," gumam Kezia di dalam hati.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR