“Kamar 1 artinya kamar Datuk. Ayo kita ke sana,” ajak Rudi sambil berlari keluar.
Setiba di depan kamar Datuk, Rudi sudah tidak sabar untuk masuk dan mencari petunjuk. Belum lagi ia membuka pintu, petunjuk baru telah terlihat. Sebuah gulungan kertas tergantung di pegangan pintu. Rudi segera membuka gulungan itu disaksikan oleh detektif cilik lainnya.
“Ayo sarapan dulu,” gumam Rudi.
“Hah? Sarapan? Ayo,” sahut Runi.
“Tulisannya begitu,” tukas Rudi, “lihat, nih,” katanya sambil menunjukkan kertas itu.
“Apakah ini juga sebuah kode?” tanya Amir.
“Bagaimana kalau kita ikuti saja? Ayo kita sarapan dulu,” celetuk Bayu yang segera disambut dengan anggukan antusias Runi.
Runi pun memimpin rombongan kecil itu ke ruang makan. Aroma roti bakar yang menggiurkan membuat langkah Runi bertambah cepat. Keempat anak itu segera disambut dengan tumpukan roti bakar di meja makan. Mereka segera berebutan ingin memakannya.
“Kalian belum mandi, kok, sudah mau sarapan? Ayo sana mandi dulu,” tegur Bu Dini ketika melihat keempat anak itu.
“Tidak apa-apa untuk hari ini. Yang penting kalau mau masuk lewat pintu harus ketuk dulu,” kata Datuk yang sudah lebih dulu berada di ruangan itu.
Keempat anak itu saling berpandangan. Mereka teringat sesaat sebelumnya mereka mau membuka Kamar 1 tanpa mengetuk.
“Baiklah. Untuk kali ini tidak apa-apa. Ayo ambil roti bakarnya, nanti keburu dingin,” ujar Bu Dini.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR