Malam itu Bayu dan Amir menginap di rumah Rudi. Hampir seharian mereka menebak-nebak, apakah Datuk akan memberikan teka-teki baru. Tebakan mereka meleset sampai akhirnya tiba waktu tidur. Datuk tidak berbicara sedikit pun pada ketiga anak itu. Datuk bahkan menghilang tak lama setelah makan malam. Rudi kecewa karena malam itu tidak seseru yang ia bayangkan. Tak lama kemudian, ketiga sahabat itu telah tertidur lelap. Tanpa terasa, hari telah menjelang pagi.
“Lihat! Ada kertas bon lagi!” teriak Amir.
“Pasti itu petunjuk dari Datuk,” sahut Bayu.
Rudi segera mengambil kertas bon yang ada di bagian bawah pintu itu. Sepertinya kertas itu memang sengaja diselipkan di bagian bawah pintu saat mereka tidur. Rudi ingat, kertas itu tidak ada di malam hari sebelumnya.
“Tentu saja ini dari Datuk. Lihat tulisannya ditulis dengan pensil HB,” ujar Rudi.
Ketiga sahabat itu berebutan ingin melihat kertas itu. Di balik bon itu ada tulisan angka dan huruf. Tulisannya 11 1 13 1 18 A.
“Aneh sekali. Apa maksudnya ini?” tanya Bayu dengan dahi berkerut.
Keseriusan mereka mendadak buyar ketika Runi datang memanggil. Anak perempuan kembaran Rudi itu ingin membangunkan teman-temannya yang menginap di rumahnya. Mendadak Rudi meninggalkan kembaran dan kedua temannya. Ia mencari-cari sesuatu di mejanya. Rudi segera membuka tasnya karena tidak menemukan yang ia cari di meja. Dari dalam tas, Rudi mengeluarkan buku tulis dan pensil.
“Kita akan pecahkan misteri ini,” kata Rudi penuh tekad.
Di buku tulis itu, Rudi menuliskan huruf A sampai Z. Di sampingnya, ia menuliskan angka 1 sampai 26.
“Aku tahu! 11 1 13 1 18 A artinya KAMAR1. Angka diubah menjadi huruf. Huruf diubah menjadi angka,” jerit Runi.
“Runi, kamu juga bisa menjadi detektif bersama kami, lo,” kata Bayu.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR