Pagi-pagi Ayu sudah berkeliling rumah dibantu Ibu dan Bapak. Ketika mengambil wortel dan ke kandang Yiyi, ternyata kandangnya sudah terbuka dan Yiyi tidak ada. Ayu pun begitu panik pagi itu. Kemana perginya Yiyi.
Biasanya Yiyi tidak pernah meninggalkan kandangnya, walaupun tidak terkunci. Ia akan bermain di halaman siang-siang, dan ketika malam masuk kandang untuk tidur. Namun, pagi ini Yiyi tidak ada di tempat.
“Duuh, Yiyi kemana ya Bu?” kata Ayu sangat cemas.
“Hmm, ayo kita cari lagi Yu,” kata Ibu.
Sudah hampir tiga kali Ayu, Ibu, dan Bapak berkeliling rumah, tetapi Yiyi tetap tidak ketemu. Mereka bertiga pun masuk kembali ke dalam rumah.
“Biar Bapak tanyakan tetangga ya Yu,” kata Bapak.
Ayu hanya mengangguk dan masih sedih. Ibu membuatkan jus mangga kesukaan Ayu tetapi tidak disentuh sama sekali. Ia memilih masuk ke kamar.
Saat masuk kamar, Ayu melihat gambar Yiyi yang pernah ia buat. Walaupun warna bulunya berbeda, tetapi gambar itu sangat mengingatkan Ayu pada Yiyi.
“Bagaimana Pak?” tanya Ibu pada Bapak yang baru kembali.
“Tidak ada yang lihat kelinci Bu. Kemana ya Yiyi?” kata Bapak.
“Ayu sedih sekali Pak,” kata Ibu.
“Iya, Bapak mengerti. Pasti Ayu sedih. Sudah 6 bulan ini, Yiyi jadi sahabat Ayu kalau di rumah.
Ayu masih memandangi gambar Yiyi. Tak lama kemudian, air matanya turun. “Yiyi, Ayu jahat ya? Kok Yiyi pergi?” kata Ayu sambil menangis. Ibu pun masuk ke kamar Ayu dan memeluk Ayu.
“Haah, Ibu yakin Yiyi pulang soalnya Ayu kan sudah rawat Yiyi,” kata Ibu menghibur.
Hari berubah jadi gelap, Yiyi tak kunjung pulang. Ayupun semakin sedih dan cemas.
“Bagaimana kalau Yiyi kenapa-napa ya Pak?” kata Ayu.
“Kita berdoa yaah, semoga Yiyi baik-baik saja,” kata Bapak.
“Semoga Yiyi ada yang kasih makan ya Pak,” kata Ayu sedih.
Ayu tak menghabiskan makan malamnya. Ia begitu sedih sampai akhirnya tak nafsu makan. Ia berdoa kepada Tuhan agar Yiyi bisa pulang. “Kalau pun tidak pulang, semoga Yiyi dirawat oleh orang yang baik,” begitulah kata Ayu dalam doanya. Ibu dan Bapak mendengar doa Ayu dan juga ikut mendoakan.
Ayu jadi teringat saat belajar di sekolah, Ibu guru pernah bilang kalau kehilangan itu memang menyedihkan, tetapi kita harus ikhlas. Mungkin itu yang terbaik.
Cerita oleh Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR