Hari ini, cuaca cerah sekali. Langit biru muda memberi semangat untuk pergi keluar rumah. Kadek menengok keluar jendela rumah. “Wah, cerah sekali hari ini,” katanya sambil tersenyum. Kadek bergegas ke luar rumah, mengambil tali dan layang-layang yang ia letakkan di dekat pagar.
“Dek, mau kemana?” tanya Ibu.
“Mau main layangan Bu,” jawab Kadek.
“Pagi-pagi kok sudah main. Bantu Ibu dulu sebentar, setelah itu baru main,” kata Ibu.
Kadek memasang wajah cemberut. Ia meletakkan lagi layang-layang dan gulungan benang ke tempat semula. Kadek menghampiri ibu ke dekat dapur.
“Memangnya kenapa Bu, tidak boleh main pagi-pagi?” tanya Kadek dengan wajah cemberut.
“Hmm… bukannya tidak boleh Dek, tapi coba lihat, kamar kamu sudah rapi belum?” tanya Ibu sambil tersenyum.
“Belum Bu,” jawab Kadek.
“Kelinci kamu sudah diberi makan, belum?” tanya Ibu lagi.
“Belum, Bu,” jawab Kadek.
“Kata kamu, setiap minggu, mau bantu bersih-bersih ruang tamu. Sudah belum?” tanya Ibu lagi.
“Belum, Bu,” jawab Kadek.
“Nah itu ….” kata Ibu sambil tertawa. Kadek pun ikut tertawa dan sedikit merasa malu.
“Kan, kalau tugas-tugasnya sudah selesai, bermainnya jadi puas,” kata Ibu lagi.
Kadek baru teringat semua tugas yang harus ia selesaikan hari itu. Ia pun bergegas menyelesaikan tugas-tugasnya agar nanti bisa bermain layang-layang. Lagi pula, hari Minggu, kan, masih panjang.
Kadek mulai dengan merapikan kamarnya. “Aduh, berantakan sekali kamarku,” gumamnya sendiri. Ia merapikan buku-buku di atas meja. Beberapa buku yang sudah selesai dibaca, diletakkan ke dalam rak. Kemudian ia menyapu dan mengepel kamar sampai ke ruang tamu.
Ibu senang sekali melihat Kadek bersemangat merapikan kamarnya sendiri. “Sudah selesai Dek?” tanya Ibu. Kadek mengangguk sambil menyeka keringat. Ibu pun langsung menunjuk meja makan. “Tuh, ada kue kesukaan kamu,” kata Ibu.
Kadek sangat senang karena di atas meja ada donat kentang. Itu kue kesukaannya. Ia pun langsung mencuci tangan dan memilih satu rasa. “Hap!” katanya sambil memasukkan satu donat ke dalam mulut. “Waaah, enak sekali Bu,” kata Kadek. Ibu tersenyum dan berkata,” Itu hadiah untuk anak Ibu yang rajin.”
Setelah makan donat, Kadek mandi dan menonton televisi. Tanpa sadar, ia tertidur di sofa ruang keluarga. Ibu yang melihat Kadek ketiduran, langsung mengambil selimut untuk Kadek. “Hah, pasti ia lelah,” kata Ibu.
Di dalam tidurnya yang nyenyak, Kadek bermimpi berada di sebuah pantai yang begitu indah. Langit penuh layang-layang dan orang-orang ramai berlarian. Kadek merasa tangannya digenggam. Saat ia menoleh, ternyata itu Bapak. Ia pun sangat senang bisa bertemu Bapak dalam mimpi.
“Pak, tadi waktu aku bangun pagi, langitnya sangat cerah. Sama seperti saat dulu kita bermain layang-layang di pantai Merta Sari,” kata Kadek.
“Iya, Dek, anginnya juga sedang bagus untuk bermain layang-layang,” kata Bapak.
Kadek dan Bapak langsung bermain layang-layang di pinggir pantai. Mereka bermain dengan gembira. Langit penuh layang-layang memang indah.
“Dek, Kadek, Dek ….” suara lembut Ibu membangunkan Kadek.
Kadek berusaha membuka mata dan duduk. “Oh, ternyata mimpi,” gumam Kadek.
“Ada teman kamu di depan, mengajak main layang-layang di pinggir pantai,” kata Ibu.
Kadek melihat jam dinding. Ternyata sudah jam tiga sore. Pasti seru bermain layang-layang di pantai, seperti yang ada dalam mimpinya. Kadek bergegas mencuci muka, minum, dan menghampiri teman-teman. Tak lupa ia membawa layang-layang dan gulungan benang.
Kadek sampai di pinggit Pantai Merta Sari. Memang benar, langit sangat cerah dan anginpun bagus untuk bermain layang-layang. Semuanya sama seperti mimpinya. Semua orang riang gembira bermain layang-layang. Langit pinggir pantai sudah penuh layang-layang. Ada satu yang berbeda, tidak ada Bapak disana. Namun, Kadek tidak bersedih karena ia punya teman-teman yang menemaninya bermain layang-layang di pinggir pantai.
Ditulis oleh Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR