Ikan dengan nama latin Pterapogon kauderni ini terkenal sebagai ikan akuarium (untuk dipelihara). Oleh karena itulah, beberapa lembaga, seperti balai budidaya air laut Ambon, melakukan pembudidayaan Banggai cardinalfish untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Akan tetapi, permintaan pasar yang terus meningkat tidak bisa dipenuhi oleh lembaga tersebut. Akhirnya, penangkapan Banggai cardinalfish di alam liar pun masih marak. Padahal, jumlah ikan pemakan palnktonik, demersal, dan organism bentik ini sudah terbatas.
Selain penangkapan oleh manusia, ikan ini juga menghadapi ancaman predator laut, seperti lionfish (Pterois spp.), kerapu sarang lebah (Epinephelus merra), ikan buaya (Cymbacephalus beauforti), moray (moncong nebolusa), dan stonefish (Synanceia horrida).
Masa bereproduksi
Saat masa bereproduksi tiba, pasangan ikan akan membangun sebuah wilayah pijahan, beberapa meter dari kelompok utamanya. Saat telur telah keluar, ikan jantan akan menjaga telur-telur tersebut di dalam mulutnya. Ukuran telur Banggai cardinalfish hanya 2,5 milimeter.
Setelah menetas, anak-anaknya akan tetap berada di dalam mulut induk jantan dalam waktu yang tak bisa ditentukan.
Banggai cardinalfish juga termasuk ikan laut yang masa hidupnya cukup pendek, yakni sekitar 4 tahun (di penangkaran) dan 1-2 tahun di alam liar.
Ikan ini sudah diusulkan masuk ke dalam daftar ikan yang dilindungi oleh beberapa ahli. Namun, hingga saat ini, usulan tersebut belum terwujud.
Wah… semoga saja Banggai cardinalfish, ikan cantik endemik Indonesia ini tidak sampai punah, ya!
Foto: mongabai.co.id
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR