Tiba saatnya acara akan dimulai. Mbok Ratih akan menari di awal-awal acara.
“Mbok Ratih, semangat yaaa. Dek Mila akan cari tempat duduk untuk menonton,” kata Dek Mila sambil melambaikan tangan pada kakaknya. Mbok Ratih sudah cantik dengan riasan dan kostum tari. Mbok Ratih pun mengangguk dan tersenyum.
Dek Mila menaiki tangga untuk menuju kursi penonton. Ia kaget melihat ada banyak sekali penonton yang sudah duduk. Bahkan sampai berdiri-diri menggerombol karena tidak kebagian tempat duduk.
“Yah Bu, bagaiamana ini. Kita tidak kebagian tempat,” kata Dek Mila.
“Iya ya, penuh sekali. Tapi Ibu bangga, ada banyak orang yang suka menonton pementasan ini,” kata Ibu.
Ibu benar juga, pikir Dek Mila. Ia harusnya bangga karena penontonnya banyak. Ia harus bangga pada Mbok Ratih.
Acara sudah dimulai. Dek Mila, Ibu, dan Bapak belum mendapat tempat duduk. Sebentar lagi Mbok Ratih akan tampil. Tiba-tiba Bapak mendapat ide. Bapak menggendong Dek Mila, agar ia bisa menonton Mbok Ratih.
“Yaaaay,” seru Dek Mila riang, tepat ketika Mbok Ratih bersama penari lainnya memasuki panggung dan mulai menari.
Dek Mila, Bapak, dan Ibu pun begitu asik menonton pementasan tari Mbok Ratih.
“Hebat sekali Mbok Ratih ya Bu,” kata Dek Mila.
“Iyaa, Ibu tetap bangga walaupun menonton dari jauh,” kata Ibu.
“Bapak juga bangga,” tambah Bapak sambil tersenyum.
Para penonton memberi selamat pada penari.
Seusai acara, Dek Mila pun langsung menuju ke panggung untuk bertemu Mbok Ratih. Di panggung tersebut, semua orang memberi selamat pada semua yang tampil. Di tangan Dek Miila sudah ada bunga mawar putih, bunga kesukaan Mbok Ratih. Dek Mila membelinya dengan uang tabungan sendiri. Khusus untuk kakaknya yang hebat. Mbok Ratih.
Foto-foto: Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR