James menaiki ladang bunga yang menuju ke puncak gunung. Ladang itu sangat cantik, tampak warna-warni cerah sejauh mata memandang. Hari itu, James ingin menghabiskan harinya di puncak gunung bersama rusa-rusa sahabatnya. Pagi musim semi itu sangat indah.
“Airnya sangat jernih,” seekor burung berkicau saat melihat sungai.
James membuat lagu yang indah juga,
“Oh, aku melihat seekor rusa! Dan sekarang ada tiga! Maukah kalian datang kemari, rusa-rusa kesayanganku?”
James mempercepat langkahnya. Ia ingin segera melihat teman-teman rusanya. Terutama si Rudi, rusa yang baru lahir beberapa minggu yang lalu. James menganggap rusa kecil yang manis itu sebagai teman istimewanya.
Di puncak gunung itu, para rusa sudah menunggu James dengan tidak sabar. Mereka sangat James.
“Apakah James akan datang hari ini?” tanya Rudi pada orang tuanya.
“Tunggu, ya...” kata ayah Rudi, “Ayah akan lihat dulu...”
Ayah Rudi menengok ke lembah di bawah bukit. Ia melihat ke kiri dan ke kanan lereng gunung. Ah, titik kecil! Ya, itu James, sedang dalam perjalanan menyusuri ladang bunga. Ia menyanyikan lagu yang cukup terdengar oleh ayah Rudi.
“James datang!” Ayah Rudi memberi pengumuman dengan gembira.
Rudi berlari mendekati ayahnya. “Aku bisa melihatnya sekarang!” seru Rudi, melompat kegirangan. “Cepat! Ayo, kita lari menyambutnya,” seru Rudi lagi sambil berlari. Ayah dan ibu rusa mengikuti Rudi, yang melompat dari batu ke batu. Rusa kecil itu melaju secepat kilat.
James melihat mereka dan melambaikan tangan terharu. Teman-temannya berkumpul menyambut dia. Betu-betul hari yang indah. James menghitung rusa-rusa yang sedang menungguinya di atas bukit. Satu, dua, tiga... ah, ada beberapa rusa lain lagi.
Akhirnya, James bisa berhadapan dengan teman-temannya.
“Hallo, aku sangat senang bisa bersama kalian lagi!” kata James.
“Kami juga senang bisa melihatmu lagi,” ketiga rus aitu menjilat tangan James.
James lalu menaiki punggung ayah rusa. Ayah Rudi merasa bangga bisa membawa James, melompat dari batu ke batu hingga ke puncak bukit.
Desa James terlihat sangat kecil dari jalan di atas bukit itu. Rumah-rumah di desa itu tampak seperti rumah-rumah boneka. Ah, lucu sekali, pikir James.
James kelaparan dan duduk di rumput untuk memakan bekalnya. Dia menawarkan Rudi buah-buahan. Rudi selalu kesenangan ketika temannya memberikan makanan baru untuk dicicipi.
“Ini enak,” komentar Rudi. “Terimakasih banyak”
Rudi lalu memakan rumput yang lezat. Dengan hati-hati ia memilih rumput-rumput. Ia kemudian mengajak James pergi untuk mencari tempat yang belum pernah didatangi James.
“Aku suka ke tempat baru!” kata James, lalu naik ke punggung ayah Rudi lagi.
Satu, dua, tiga, ayah rusa melompati tebing yang curam. Rudi mengikuti dan ibu rusa tidak jauh di belakangnya. James menutup matanya karena ketinggian membuat dirinya merasa ngeri.
Tiba-tiba pemandangan indah terbentang di depan mata mereka. Rusa dan James, semua menghela nafas lega.
“Oh, sebuah air terjun!” seru James. “Pemandangan yang cantik, kan!” binatang-binatang dan James minum dan istirahat di bawah air terjun itu.
“Pemandangan dari sini sangat indah. Lihat James, titik merah dan putih itu adalah rumahmu,” kata ayah Rusa.
“Kau memiliki penglihatan yang tajam!” kata James kagum. Ia lalu menyipitkan matanya, mencoba mencari yang mana rumahnya. Akhirnya, matanya dapat sedikit membedakan warna rumahnya dari rumah warga desa lainnya. Di siang seperti itu, biasanya ibunya akan memandikan adiknya. Namun tentu saja tak akan terlihat dari atas bukit itu.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR