Akhirnya, James bisa berhadapan dengan teman-temannya.
“Hallo, aku sangat senang bisa bersama kalian lagi!” kata James.
“Kami juga senang bisa melihatmu lagi,” ketiga rus aitu menjilat tangan James.
James lalu menaiki punggung ayah rusa. Ayah Rudi merasa bangga bisa membawa James, melompat dari batu ke batu hingga ke puncak bukit.
Desa James terlihat sangat kecil dari jalan di atas bukit itu. Rumah-rumah di desa itu tampak seperti rumah-rumah boneka. Ah, lucu sekali, pikir James.
James kelaparan dan duduk di rumput untuk memakan bekalnya. Dia menawarkan Rudi buah-buahan. Rudi selalu kesenangan ketika temannya memberikan makanan baru untuk dicicipi.
“Ini enak,” komentar Rudi. “Terimakasih banyak”
Rudi lalu memakan rumput yang lezat. Dengan hati-hati ia memilih rumput-rumput. Ia kemudian mengajak James pergi untuk mencari tempat yang belum pernah didatangi James.
“Aku suka ke tempat baru!” kata James, lalu naik ke punggung ayah Rudi lagi.
Satu, dua, tiga, ayah rusa melompati tebing yang curam. Rudi mengikuti dan ibu rusa tidak jauh di belakangnya. James menutup matanya karena ketinggian membuat dirinya merasa ngeri.
Tiba-tiba pemandangan indah terbentang di depan mata mereka. Rusa dan James, semua menghela nafas lega.
“Oh, sebuah air terjun!” seru James. “Pemandangan yang cantik, kan!” binatang-binatang dan James minum dan istirahat di bawah air terjun itu.
“Pemandangan dari sini sangat indah. Lihat James, titik merah dan putih itu adalah rumahmu,” kata ayah Rusa.
“Kau memiliki penglihatan yang tajam!” kata James kagum. Ia lalu menyipitkan matanya, mencoba mencari yang mana rumahnya. Akhirnya, matanya dapat sedikit membedakan warna rumahnya dari rumah warga desa lainnya. Di siang seperti itu, biasanya ibunya akan memandikan adiknya. Namun tentu saja tak akan terlihat dari atas bukit itu.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR