“Jadi seniman tidak perlu menunggu jadi besar loh Dea. Bisa dari sekarang. Buat saja karya yang kamu mau, sambil latihan,” kata Kak Shelly.
“Wah, iya juga benar. Kak Shelly juga dari kecil jadi seniman?” tanya Dea.
“Hmm… aku melukis sejak kecil karena aku suka melukis dan merasa senang saat melukis,” jawab Kak Shelly. “Yang penting dari hati,” kata Kak Shelly sambil tersenyum.
Dea mengangguk dan rasanya ingin segera memulai lukisannya.
“Dea, bicara pada siapa?” tanya Ibu.
Dia kaget dan menoleh ke arah suara Ibu. “Ini Bu, sama kakak Shelly,” kata Dea sambil menunjuk ke belakang. Dea kaget karena di sana tidak ada siapa-siapa.
“Mana Kak Shelly?” tanya Ayah.
Dea heran kenapa Kak Shelly perginya cepat sekali. “Mungkin harus buru-buru,” jawab Dea.
“Sudah lihat semua? Yuk kita lanjut jalan-jalan!” ajak Ayah.
Dea mengangguk bersemangat. Dalam hatinya semakin ingin menjadi seniman dan mulai dari sekarang akan melukis karena ia merasa bahagia saat melakukannya.
Sebelum menuju pintu keluar, Dea melihat seorang seniman yang melukis di sebuah kanvas besar. Ia melukis di depan banyak orang yang sedang menontonnya.
"Hebat sekali, ya, Ayah," kata Dea. Ayah mengangguk. "Kamu mau potret?" tanya Ayah. Dea mengangguk dan segera mengambil potret pelukis hebat itu.
---
Cerita dan foto-foto: Putri Puspita | Bobo.ID
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR