Akhirnya Ibu memutuskan untuk membantu Bea mengundang kawan-kawannya untuk datang membantu nanti. Setelah memberi petunjuk pada Bik Min apa yang harus dikerjakannya, Ibu dan Bea berangkat ke Sekolah Minggu. Pulang dari Sekolah Minggu, Rut, Lisa dan Naomi ikut ke rumah Bea. Novi tidak bisa membantu, karena mau menengok neneknya yang sedang sakit. Mereka berempat duduk mengelilingi meja bundar.
Bea mengajarkan cara menjahit pita dan menggulung kartu ucapan terima kasih. Ternyata tidak sulit. Sebentar saja anak-anak itu sudah terampil mengerjakan. Ibu sibuk memasak di dapur dan anak-anak itu bekerja sambil bercakap-cakap. Sebentar saja Bea mulai akrab dengan mereka.
"Nanti kapan-kapan kalian main ke rumahku. Di halaman rumahku ada pohon jambu air. Kita bisa menjolok jambu dengan galah dan membuat rujak!" Rut menawarkan.
"Asyiiikiiik!" seru ketiga anak lainnya.
"Aku sudah pernah datang ke rumahnya. Pohon jambunya memang hebat. Buahnya luar biasa banyak!" tambah Naomi.
"Wah, kalaulah sejak dulu aku tahu. Aku paling suka rujak jambu. Apalagi kalau jambunya dipetik langsung dari pohon!" kata Bea.
"Aku tidak tahu kalau kamu suka jambu. Kalau tahu, bisa juga kubawakan ke Sekolah Minggu!" kata Rut. "Habis kamu selalu diam saja di Sekolah Minggu. Kupikir kamu tidak mau berteman denganku!"
"Bukan tidak mau. Aku memang segan kalau harus mendekati orang lain lebih dulu. Rasanya malu, takut ditolak!" Bea mengakui.
"Kalau tidak ada kesempatan ini, kita tidak mengenal satu sama lain. Biasanya sepulang Sekolah Minggu semua bubar ke rumah masing-masing. Syukur pada Tuhan hari ini ada kesempatan bagi kita untuk lebih saling mengenal!" kata Naomi.
" Anak-anak itu tertawa. Memang Naomi sering menyebut nama Tuhan kalau berbicara.
"Kalau di rumahku tidak ada pohon jambu. Tetapi aku mempunyai dua adik kembar yang baru berusia delapan bulan. Mereka lucu sekali!" kata Lisa.
"Wow, senangnya! Aku tidak punya adik. Aku pasti mau main dengan adik kembarmu," kata Bea dengan semangat.
"Ya, boleh. Aku tidak punya kakak. Aku mau berkenalan dengan kakakmu!" kata Lisa.
"Wah, Lisa tak mau rugi!" goda Rut dan mereka tertawa lagi.
Anak-anak itu bekerja dengan gembira. Makin lama makin banyak tanda terimakasih yang selesai dikerjakan. Siang hari mereka beristirahat dan menikmati makan siang istimewa yang disediakan Ibu. Sudah itu mereka bekerja lagi dengan gembira. Mereka juga merencanakan untuk sebulan sekali berkumpul di rumah salah seorang dari mereka.
"Benar kata Ibu. Pekerjaan semacam ini sebaiknya tidak dikerjakan sendiri. Lagi pula, aku jadi tahu bahwa sebenarnya semua anak mau berkawan, cuma tidak semua mau mendekati yang lain lebih dulu. Lain kali, aku akan coba mendekati kawan-kawan yang tidak begitu akrab denganku. Mungkin mereka juga mau berkawan akrab, tetapi malu-malu!" Bea mengambil keputusan dalam hati.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR