Hari ini hari Minggu. Sejak jam lima pagi Bea sudah sibuk bekerja. Mbak Nani, saudara sepupu Bea akan menikah minggu depan. Bea mendapat tugas untuk menyiapkan tanda terima kasih yang akan diberikan kepada para tamu yang hadir pada pesta pernikahan itu.
Mula-mula Bea harus menjahitkan pita kecil pada cincin-cincin imitasi yang mengkilap bagaikan terbuat dari emas. Sudah itu kartu ucapan terima kasih yang mungil dan berwama merah jambu itu harus digulung dan dimasukkan ke dalam cincin berpita tersebut. Semuanya ada 800 buah.
"Pukul setengah delapan nanti aku berhenti bekerja, lalu pergi ke Sekolah Minggu. Pulang dari Sekolah Minggu akan kuteruskan lagi!" pikir Bea. "Pokoknya sebelum hari Minggu ini sudah harus selesai!"
Pukul setengah tujuh Ibu pulang dari pasar.
"Kok, belanjanya banyak amat, Bu!" tegur Bea.
"lya, kawan-kawanmu akan datang membantu, bukan? Ibu akan siapkan beberapa macam hidangan istimewa sekalian puding untuk cuci mulut!" jawab Ibu.
"Tidak jadi, Bu. Kemarin Bea lupa bilang pada Ibu. Bea tak mau merepotkan mereka. Kan, mereka punya acara sendiri pada hari Minggu. Bea akan kerjakan sendiri saja. Kalau dibantu, belum tentu mereka bisa mengerjakannya dengan rapi. Kata Mbak Nani ini harus dikerjakan serapi mungkin!" Bea menjelaskan pada Ibu.
Ibu menggeleng, lalu memeriksa pekerjaan Bea yang sudah selesai, dan berkata, "Tak mungkin selesai hari ini kalau Bea kerjakan sendiri. Bea harus dibantu. Lagi pula pekerjaan semacam ini lebih gembira bila dikerjakan bersama-sama!"
"Kalau tak selesai hari ini, besok pulang sekolah Bea kerjakan lagi. Pokoknya tiap hari Bea akan kerjakan sampai selesai. Biar sampai larut malam pun tak apa. Yang penting sebelum hari Minggu sudah siap!" Bea berkeras.
Ibu memandang Bea dan berkata, "Bea, ada pekerjaan yang harus dikerjakan sendiri, misalnya membuat prakarya untuk sekolah atau membuat PR. Tetapi, pekerjaan semacam ini lebih baik dikerjakan bersama- sama dengan gembira dan selesai dalam waktu satu hari. Besok kamu akan sibuk dengan pelajaran sekolah. Hari Jumat dan Sabtu kita akan sibuk membantu di rumah Mbak Nani!"
"Lebih baik kamu minta bantuan beberapa kawan Sekolah Minggumu!" Sepulang Sekolah Minggu nanti mereka langsung kita ajak ke sini!" Ibu menyarankan.
"Ah, Bea segan, Bu. Bea tidak akrab dengan mereka, kecuali dengan Novi, karena sekelas di sekolah!" Bea mengemukakan alasannya.
Akhirnya Ibu memutuskan untuk membantu Bea mengundang kawan-kawannya untuk datang membantu nanti. Setelah memberi petunjuk pada Bik Min apa yang harus dikerjakannya, Ibu dan Bea berangkat ke Sekolah Minggu. Pulang dari Sekolah Minggu, Rut, Lisa dan Naomi ikut ke rumah Bea. Novi tidak bisa membantu, karena mau menengok neneknya yang sedang sakit. Mereka berempat duduk mengelilingi meja bundar.
Bea mengajarkan cara menjahit pita dan menggulung kartu ucapan terima kasih. Ternyata tidak sulit. Sebentar saja anak-anak itu sudah terampil mengerjakan. Ibu sibuk memasak di dapur dan anak-anak itu bekerja sambil bercakap-cakap. Sebentar saja Bea mulai akrab dengan mereka.
"Nanti kapan-kapan kalian main ke rumahku. Di halaman rumahku ada pohon jambu air. Kita bisa menjolok jambu dengan galah dan membuat rujak!" Rut menawarkan.
"Asyiiikiiik!" seru ketiga anak lainnya.
"Aku sudah pernah datang ke rumahnya. Pohon jambunya memang hebat. Buahnya luar biasa banyak!" tambah Naomi.
"Wah, kalaulah sejak dulu aku tahu. Aku paling suka rujak jambu. Apalagi kalau jambunya dipetik langsung dari pohon!" kata Bea.
"Aku tidak tahu kalau kamu suka jambu. Kalau tahu, bisa juga kubawakan ke Sekolah Minggu!" kata Rut. "Habis kamu selalu diam saja di Sekolah Minggu. Kupikir kamu tidak mau berteman denganku!"
"Bukan tidak mau. Aku memang segan kalau harus mendekati orang lain lebih dulu. Rasanya malu, takut ditolak!" Bea mengakui.
"Kalau tidak ada kesempatan ini, kita tidak mengenal satu sama lain. Biasanya sepulang Sekolah Minggu semua bubar ke rumah masing-masing. Syukur pada Tuhan hari ini ada kesempatan bagi kita untuk lebih saling mengenal!" kata Naomi.
" Anak-anak itu tertawa. Memang Naomi sering menyebut nama Tuhan kalau berbicara.
"Kalau di rumahku tidak ada pohon jambu. Tetapi aku mempunyai dua adik kembar yang baru berusia delapan bulan. Mereka lucu sekali!" kata Lisa.
"Wow, senangnya! Aku tidak punya adik. Aku pasti mau main dengan adik kembarmu," kata Bea dengan semangat.
"Ya, boleh. Aku tidak punya kakak. Aku mau berkenalan dengan kakakmu!" kata Lisa.
"Wah, Lisa tak mau rugi!" goda Rut dan mereka tertawa lagi.
Anak-anak itu bekerja dengan gembira. Makin lama makin banyak tanda terimakasih yang selesai dikerjakan. Siang hari mereka beristirahat dan menikmati makan siang istimewa yang disediakan Ibu. Sudah itu mereka bekerja lagi dengan gembira. Mereka juga merencanakan untuk sebulan sekali berkumpul di rumah salah seorang dari mereka.
"Benar kata Ibu. Pekerjaan semacam ini sebaiknya tidak dikerjakan sendiri. Lagi pula, aku jadi tahu bahwa sebenarnya semua anak mau berkawan, cuma tidak semua mau mendekati yang lain lebih dulu. Lain kali, aku akan coba mendekati kawan-kawan yang tidak begitu akrab denganku. Mungkin mereka juga mau berkawan akrab, tetapi malu-malu!" Bea mengambil keputusan dalam hati.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.
Ini Dia 3 Permainan Asyik Bermain Sambil Belajar yang Dilakukan Bersama untuk Melatih Otak
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR