Yudi tersenyum geli bercampur kasihan.
"Jadi sampai sekarang belum ketemu? Jangan-jangan dibawa lari tikus, Ko!" kata Yudi. "Bentuknya seperti apa, sih?"
"Seperti gigi biasa. Ada plastik merah jambu dan kawatnya!" kata Eko.
Yudi membungkuk. Mengamati sekitar tempat itu dengan seksama. Dan di antara batu-batu kerikil tampak kepingan berwarna merah jambu. Yudi mengangkatnya dan menunjukkan pada Eko.
"Ini yang kamu cari, Ko?" tanya Yudi sambil menggosokkannya di bajunya.
"Ya, ya, benar. Aduh, Yud, terima kasih banyak! Kamu telah menolongku memecahkan masalah yang sulit," kata Eko riang.
"Kamu hebat, Ko. Kecil-kecil begini sudah berani sendirian di tempat gelap!" puji Yudi.
"Ah, ini, kan, terpaksa!" kata Eko.
"Ingat, ya, Yud. Jangan ceritakan rahasiaku ini pada siapa-siapa!"
"lya, aku sendiri juga punya rahasia, Ko. Sebenarnya aku takut tidur sendirian. Tetangga sebelah rumahku baru meninggal kemarin. Anjingnya melolong terus. Suasananya mengerikan. Dimas dan Iwan tak mau menginap disini menemaniku!" Yudi tiba-tiba mempercayakan rahasianya pada Eko.
"Bagaimana kalau aku menginap di rumahmu malam ini? Aku sangat berterima kasih padamu. Aku juga takkan cerita pada siapa-siapa kalau kamu takut tidur sendiri!" kata Eko.
"Wah, bagus sekali, tuh. Kamu benar-benar menolongku memecahkan masalah yang sulit!" kata Yudi gembira.
Malam itu Eko menginap di rumah Yudi. Esok harinya Dimas dan Iwan menanyakan apakah Yudi bisa tidur semalam.
Yudi menjawab dengan mantap. "Tentu saja, aku tertidur pulas bagaikan bayi!"
Rahasia Yudi dan Eko tidak tersebar di antara kawan-kawannya. Kecuali tersebar di antara pembaca Bobo tentunya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR