Pagi ini hari cukup cerah. Matahari bersinar lembut. Namun pagi yang tenang itu tiba-tiba dikejutkan teriakan Pak Brown, "Telur kotak! Bagaimana aku meletakkan telur kotak ini ke dalam cangkir telur yang bulat?"
Bu Brown yang sedang membuat roti panggang menyahut, "Ya, itu telur Hettie. Pagi ini dia cegukan lagi, dan kau pasti tahu artinya".
"Itu artinya akan ada telur kotak lagi untuk sarapan pagi, huh!" gerutu Pak Brown si peternak ayam.
Sudah tiga hari ini Hettie mengeluarkan telur berbentuk kotak di peternakan Pak Brown. Sebenarnya itu bukan salah Hettie. Entah kenapa Hettie sering cegukan. Cegukan itu sulit sekali dihilangkan. Dulu Hettie tak pernah mengalami hal itu. Sampai suatu saat, ketika ia hendak bertelur di kandangnya, tiba-tiba,
"Petok ...tok hik... ark," Hettie cegukan dan keluarlah telur berbentuk kotak. Kasihan sekali Hettie. Ia merasa sedih melihat telur-telumya yang berbentuk kotak.
"Ah....aku akan minta bantuan Buttercup si sapi untuk menghilangkan cegukanku ini," kata Hettie dalam hati.
Buttercup mendengarkan semua keluhan Hettie dengan sabar.
"Obatnya adalah dengan membuat kamu terkejut. Sekarang, ayo kita coba!" Buttercup mendekatkan kepalanya ke arah telinga Hettie.
"BOO..." Buttercup melenguh keras-keras.
"Petookk!" Hettie meloncat ke udara dan mendarat di atas atap kandangnya karena terkejut. Seketika itu juga cegukan Hettie hilang.
Tetapi saat makan siang, cegukan Hettie datang lagi. Kali ini Hettie meminta bantuan Billy si kambing. Siapa tahu cegukannya dapat segera hilang.
"Ouh...kamu perlu kejutan yang lebih keras lagi," kata Billy.
"Satu 'BOO' tidak akan mengagetkan seekor ayam. Sekarang ayo kita coba," sebelum Hettie bersiap-siap, Billy merendahkan tubuhnya dan menyerang Hettie, dan....
"Petoook!" Hettie melompat sekali lagi ke udara dan mendarat di atas atap Pak Brown. Dan cegukannya pun hilang. Hettie merasa lega. Keesokan pagi, Hettie duduk diam di dalam kandangnya dengan perasaan sangat gembira. "Petook... petook," Hettie bernyanyi-nyanyi.
"Petook... tok hikk.. ark!" Oh, kasihan Hettie. Sehari penuh ia bersembunyi di dalam kandangnya. Ketika si Sly ular masuk kandang dan hendak mencuri telur Hettie untuk makan siangnya, Hettie berkokok ketakutan. Tetapi tetap saja cegukannya tidak hilang juga.
Hari pun menjelang sore. Pak dan Bu Brown sedang duduk di teras sambil menikmati secangkir teh. Hettie sedang mengais-ngais tanah mencari cacing di kebun.
"Apa yang akan kita perbuat pada Hettie?" tanya Pak Brown. “Tak ada gunanya memelihara ayam yang telurnya berbentuk kotak. Tak ada gunanya."
"Kasihan si Hettie," ujar Bu Brown. Kemudian Bu Brown berdiri dan membersihkan remah-remah kue di atas roknya.
"Sini Hettie," panggilnya.
"Kemari! Cek cek cek cek cek!" ia melemparkan sepotong kue ke arah Hettie.
Tetapi Hettie mengepak-ngepakkan sayapnya.
"Tak berguna!" teriaknya pada dirinya
sendiri. "
“Tak berguna! Aku tidak bisa menghasilkan telur yang baik. Ah, seandainya telurku bulat. Seandainya cegukan ini hilang. Seandainya..."
Hettie tiba-tiba berhenti berbicara. Ia mendengar Pak Brown berbicara.
"Meskipun Hettie hanya seekor ayam, dia pasti butuh istirahat," kata Pak Brown.
"Kalau begitu aku akan membersihkan kandang dan jeraminya. Tentu Hettie akan merasa segar dan nyaman. Dan ia pasti akan melupakan cegukannya," kata Bu Brown.
"Oh itu ide yang bagus," kata Pak Brown. "Kenapa tidak terpikir sebelumnya? Tentu saja Hettie perlu istirahat. Aku akan memasak semangkuk jagung kesukaannya. Mari kita membuat Hettie merasa nyaman."
Dan ternyata itu berhasil. Hettie si ayam betina menjadi ayam yang paling gembira. Cegukannya hilang secara ajaib, dan tidak pernah kambuh lagi.
Pak Brown dan Bu Brown juga ikut merasa senang. Setiap pagi selalu ada telur untuk sarapan. Dan telur-telur itu selalu bulat seperti telur-telur ayam lainnya.
"Sempurna," kata Pak Brown. "Sangat sempuma."
Sumber: Arsip Bobo.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR