Kupu-kupu cantik hinggap di tirai jingga. Hingga warnanya seperti menyatu. Tuan Putri yang masih takjub melihat gubuk itu pun teralihkan pada gerakan kupu-kupu.
“Tirai jingga yang cukup lebar. Pasti jendelanya besar,” kata Tuan Putri.
Tiba-tiba kupu-kupu cantik terbang ke arah dalam tirai. Tuan Putri pun spontan membuka tirai itu.
“Hah? Di mana ini?” tanya Tuan Putri terkejut. Ia menutup kembali tirai jingga itu. Ia tak percaya apa yang ia lihat.
“Raja dan Ratu tidak pernah bercerita kalau di istana ada tempat seperti ini,” kata Tuan Putri pada dirinya sendiri.
Perlahan ia buka lagi tirai jingga itu. Ia melihat pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Payung-payung jingga bertotol.
“Seperti warna jerapah di buku cerita,” kata Tuan Putri yang begitu suka jerapah karena warnanya jingga jika ada di buku cerita.
Tuan Putri ingin melewati jendela dan lebih dekat dengan payung-payung itu. Namun ia tidak berani. Dari kejauhan, Tuan Putri melihat ada yang bergerak mendekat. Warnanya jingga, lehernya panjang.
“Itu itu jerapaaaah…. itu jerapaaaahhhh……” kata Tuan Putri sangat girang. Sudah lama ia menanti-nanti untuk bisa bertemu jerapah.
Ia melompati jendela yang ditutupi tirai dan mendekati jerapah. Mata Tuan Putri begitu berbinar karena ini pertama kalinya ia melihat langsung jerapah.
“Halo Tuan Putri,” sapa Jerapah.
“Halo Tuan Jerapah,” jawab Tuan Putri. Ia makin terkejut karena jerapah bisa berbicara padanya.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR