Tuan Putri sedang bermain-main di taman pagi itu. Bunga-bunga bermekaran, kupu-kupu pun datang berkejar-kejaran. Taman warna-warni sangat cantik. Tuan Putri bermain bersama para kupu-kupu. Ada yang hinggap di tangannya, ada juga yang beterbangan di atas kepalanya. Senyum Tuan Putri begitu ceria pagi itu. Seekor kupu-kupu cukup besar berwarna jingga hinggap di bunga dekat Tuan Putri.
“Wah, indah sekali kamu kupu-kupu!’ kata Tuan Putri.
“Mari hinggap di tanganku,” katanya lagi.
Ketika Tuan Putri menjulurkan tangannya, kupu-kupu itu malah terbang lagi. Tuan Putri yang begitu suka warna jingga pun mengejar kupu-kupu itu sambil tertawa-tawa senang. Kadang kupu-kupu jingga bermain di atas kepalanya, kadang juga beterbangan di depan mata Tuan Putri. Namun, kupu-kupu cantik ini tidak mau hinggap di tangan Tuan Putri.
Tuan Putri terus berlari mengejar sambil bermain-main dengan kupu-kupu jingga yang cantik. Hingga akhirnya kupu-kupu itu hinggap di sebuah gubuk kecil. Tuan Putri baru sadar bahwa di dekat taman bunga istana ternyata ada gubuk.
“Mungkin tempat istirahat para tukang kebun,” kata Tuan Putri.
Pelan-pelan ia mendekati pintu gubuk itu karena kupu-kupu jingga hingga di sana.
Haop!
Kriaaat…
Bukan kupu-kupu yang hinggap, tetapi gerakan Tuan Putri membuat pintu kayu gubuk itu terbuka.
“Waaaahhhhh….” kata Tuan Putri terkejut.
Dari luar, gubuk itu sangat sederhana, tetapi di dalamnya sangat cantik. Semua berwarna jingga. Mulai dari meja, kursi, dan peralatan lainnya, termasuk tirai.
Kupu-kupu cantik hinggap di tirai jingga. Hingga warnanya seperti menyatu. Tuan Putri yang masih takjub melihat gubuk itu pun teralihkan pada gerakan kupu-kupu.
“Tirai jingga yang cukup lebar. Pasti jendelanya besar,” kata Tuan Putri.
Tiba-tiba kupu-kupu cantik terbang ke arah dalam tirai. Tuan Putri pun spontan membuka tirai itu.
“Hah? Di mana ini?” tanya Tuan Putri terkejut. Ia menutup kembali tirai jingga itu. Ia tak percaya apa yang ia lihat.
“Raja dan Ratu tidak pernah bercerita kalau di istana ada tempat seperti ini,” kata Tuan Putri pada dirinya sendiri.
Perlahan ia buka lagi tirai jingga itu. Ia melihat pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Payung-payung jingga bertotol.
“Seperti warna jerapah di buku cerita,” kata Tuan Putri yang begitu suka jerapah karena warnanya jingga jika ada di buku cerita.
Tuan Putri ingin melewati jendela dan lebih dekat dengan payung-payung itu. Namun ia tidak berani. Dari kejauhan, Tuan Putri melihat ada yang bergerak mendekat. Warnanya jingga, lehernya panjang.
“Itu itu jerapaaaah…. itu jerapaaaahhhh……” kata Tuan Putri sangat girang. Sudah lama ia menanti-nanti untuk bisa bertemu jerapah.
Ia melompati jendela yang ditutupi tirai dan mendekati jerapah. Mata Tuan Putri begitu berbinar karena ini pertama kalinya ia melihat langsung jerapah.
“Halo Tuan Putri,” sapa Jerapah.
“Halo Tuan Jerapah,” jawab Tuan Putri. Ia makin terkejut karena jerapah bisa berbicara padanya.
Mereka pun menghabiskan waktu bermain-main bersama. Tuan Putri, Tuan Jerapah, dan kupu-kupu.
“Tuan Putri sudah sore, Tuan Putri harus kembali ke istana,” kata Tuan Jerapah.
“Besok kita main lagi di Negeri di Balik Tirai Jingga,” kata kupu-kupu jingga yang cantik.
"Oh jadi namanya Negeri di Balik Tirai Jingga, yah," kata Tuan Putri
Tuan Jerapah dan Kupu-kupu jingga pun mengangguk sambil tersenyum.
Tuan Putri mengangguk setuju untuk segera kembali ke istana. Ia kembali menuju tirai jingga, melompat ke dalamnya dan sampai di gubuk jingga. Ia pun berjalan kembali ke taman.
Seorang pengawal dengan sigap menghampiri Tuan Putri.
“Tuan Putri habis dari mana? Raja dan Ratu sangat khawatir,” kata pengawal.
“Maaf, ya, tadi aku bermain,” jawab Tuan Putri.
Pengawal pun segera mengangkat Tuan Putri ke atas kudanya dan pergi ke istana.
“Pengawal, apa di kerajaan ini ada Jerapah?” tanya Tuan Putri.
“Setahu saya, tidak ada Tuan Putri,” jawab pengawal.
Tuan Putri semakin penasaran tentang apa yang ia alami barusan. Hal ini membuatnya ingin kembali ke Negeri di Balik Tirai Jingga.
Cerita dan Foto-foto: Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR