“Kau bawa koran pagi-pagi kemari sebelum berangkat sekolah. Nanti jualan di perempatan kalau sudah pulang sekolah. Kalau sisa, kita buat hiasan dinding,” kata Pak Wira sambil membuka lemari yang berisi koleksinya yang terbuat dari koran.
Aku takjub sekali melihat berbagai koleksi itu. “Kok kamu bengong, habiskan cokelat dan kuemu dulu, nanti kita ngobrol lagi. Nih, dua ekor kupu-kupu dari koran akan menemanimu juga,” kata Pak Wira. Ia meletakkan dua ekor kupu-kupu yang terbuat dari koran di dekat gelas dan piringku.
Aku tersenyum girang. Kupu-kupu yang bagus. Segera kuseruput minuman lezat buatan Pak Wira.
“Bapak baik sekali,” kataku.
“Ah, ini sedikit balasan Tuhan untuk semangatmu selama ini yang tidak pernah habis,” jawab Pak Wira
“Pak apakah aku boleh belajar membuat cokelat yang enak dan hiasan yang bagus di atas?” tanyaku memberanikan diri.
“Tentu saja boleh, asal kau mau membantuku membagikannya kepada anak-anak panti setiap hari Sabtu,” kata Pak Wira.
“Wah, Bapak memberikan cokelat ini kepada anak panti?” tanyaku kagum. Rupanya itu yang dilakukan Pak Wira saat datang ke panti asuhan. Ia mengangguk.
"Anak-anak panti biasanya berebutan ingin membuat hiasan minumannya masing-masing," kata Pak Wira.
“Cokelat bisa membuat orang bahagia, kan,” kata Pak Wira. "Kalau kau bahagia, sekolahmu pun lancar. Berusahalah dan berbahagialah," katanya lagi.
"Pak Wira mengapa begitu baik kepada anak-anak?" tanyaku.
"Karena itu membuatku bahagia. Aku tidak punya anak. Jadi, aku bahagia kalau bisa membahagiakan anak-anak yang butuh bantuan," jawabnya singkat. Kami pun tertawa bersama.
Aku mengangguk setuju. Kami pun menyeruput lagi cokelat hangat yang begitu lezat hingga habis.
Cerita dan Foto: Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR