Kalimantan adalah salah satu pulau yang kaya akan budaya, keanekaragaman hayati, dan juga makanan. O iya, Kalimantan juga punya tucu’ atau garam gunung. Bicara soal tucu’ apakah ada yang tahu tentang proses pembuatan garam gunung dan kisah di baliknya?
Proses Pembuatan Garam Gunung
Garam gunung berasal dari air yang memiliki kandungan garam tinggi. Air ini mengalir di bawah tanah dan sudah ada di sana sejak jutaan tahun lalu.
Dataran Tinggi Kalimantan adalah salah satu wilayah Indonesia yang memiliki aliran air berkandungan garam. Menurut data dari WWF, Dataran Tinggi Krayan di Kalimantan memiliki 33 mata air garam. Akan tetapi, tidak semua mata air garam itu digunakan untuk membuat garam gunung.
Untuk membuat garam gunung, masyarakat setempat akan mengambil air dan memasukkannya ke dalam tong logam. Setelah itu, air akan dimasak hingga kandungan garam di dalam air tersebut terkristalisasi.
Setelah selesai, garam akan dimasukkan ke dalam bambu dan kemudian dibakar di atas tungku api. Proses ini bertujuan untuk memadatkan garam.
Jika sudah padat, garam tersebut akan dibungkus dengan daun dan disimpan di atas perapian dapur. Tujuannya agar garam tetap keras dan bisa digunakan selama bertahun-tahun.
O iya, garam gunung ini juga menjadi cinderamata bagi pengunjung yang datang ke rumah mereka. Selain itu, garam ini juga berfungsi sebagai obat bagi beberapa etnis lain yang ada di Kalimantan.
Lalu… bagaimana dengan kisahnya?
Kisah di Balik Pembuatan Garam Gunung
Menurut legenda setempat, garam gunung ditemukan oleh seorang pemburu. Kala itu, pemburu tersebut menembak seekor burung dengan sebuah sumpit. Burung buruannya tersebut jatuh ke rawa-rawa yang ada di hutan.
Pemburu itu pun segera mengambil hasil buruannya, mencabuti bulu burung buruannya, dan mencucinya di rawa tempat burung itu jatuh.
Sesampainya di rumah, ia memanggang hasil buruannya dan kemudian memakannya. Sang pemburu kaget, karena daging burung tersebut terasa sangat lezat. Berbeda dengan yang selama ini ia makan.
Karena penasaran, akhirnya pemburu tersebut kembali ke tempat kemarin untuk mencari tahu apa yang membuat rasa daging burung itu berbeda.
Sang pemburu pun mencicipi air rawa tempat ia mencuci hasil buruannya. Ketika dirasa, air rawa tersebut berbeda dari air biasanya. Akhirnya, ia tahu apa yang membuat rasa daging burung itu berbeda.
Semenjak kejadian itu, para penduduk disekitar mulai menggunakan air rawa tersebut untuk memasak. Hingga akhirnya, mereka menemukan cara untuk menguapkan air rawa dan mengekstraknya menjadi kristal garam. Nah, garam tersebut adalah garam gunung yang terkenal hingga saat ini.
Nah, Teman-teman, itulah sedikit kisah tentang proses pembuatan garam gunung dan kisah dibaliknya.
Sumber & Foto: WWF
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR