“Awas, Nicky!” seru Wiggle. “Pohon itu mulai roboh. Lari ke sini”
KRAK!
Pohon itu pun patah dan jatuh tepat ke arah sungai, seperti yang ditunjuk Basil tadi.
“Bagus sekali, Nicky. Sekarang, kau harus memotong batang pohon ini menjadi beberapa bagian,” kata Basil lagi.
Nicky mengerjakannya pekerjaan itu dengan semangat. Potongan-potongan batang pohon terkumpul banyak. Malam harinya, sarang kecil mereka akhirnya selesai dibangun. Dengan ekornya yang lebar, Wiggle membersihkan lumpur di lantai sarang, membuat lorong ke dalam sungai. Lewat lorong rahasia itulah mereka akan keluar masuk sarang.
“Pekerjaan kita hebat sekali!” seru Nicky, mengagumi hasil karya mereka.
Ketiga anak beaver itu melangkah lelah, pulang ke sarang mereka. Ayah ibu mereka ternyata sudah tiba di rumah dan menunggu mereka dengan cemas.
“Dari mana saja kalian? Apa tadi kalian dikejar berang-berang?” tanya Ibu Beaver cemas.
“Tidak, Bu! Kami habis bekerja keras!” seru Nicky.
Basil mencubit kaki Nicky diam-diam. Nicky segera sadar, ia tidak boleh membuka rahasia mereka. Ia pun berkata lagi, “Mmm, maksudku, kami bermain keras sampai lelah!”
“Nicky, belajarlah bicara yang teratur. Tapi Ibu mengerti. Kalian ini pasti terlalu lelah berlari dan melompat. Sekarang, ayo, cepat tidur...” ujar Ibu Beaver sambil menggelengkan kepala.
Ibu dan Pak Beaver lega karena ketiga anaknya tidak apa-apa. Walau sepintas berang-berang mirip dengan beaver, namun berang-berang adalah hewan pemakan daging.
Source | : | (Dok. Majalah Bobo / Fabel) |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR