Di sebuah pelabuhan tua, terdapat sebuah kapal. Tak jauh dari kapal itu, ada toko yang menjual semua jenis hewan. Para pelaut membawanya dari negeri-negeri jauh. Ada burung yang cantik, ikan berbentuk aneh, dan seekor monyet kecil.
Ongki, si monyet kecil, dikurung di kandang. Ia merasa sangat bosan. Namun suatu malam, ketika penjaga toko memberi Ongki makan, ia tidak menutup kandangnya dengan rapat. Begitu penjaga toko itu pergi, Ongki mengendap keluar dari kandang itu. Lalu lari keluar dari toko itu.
Dalam beberapa langkah saja, Ongki sudah sampai di jalan raya. Ia melompat naik ke sebuah bis yang lewat. Ongki pun terbawa sampai ke kota lain. Ia lalu melompat pindah ke sebuah kereta kuda. Akhirnya ia tiba di sebuah pedesaan.
Di desa itu, kebetulan ada rombongan sirkus. Tendanya besar dan dikelilingi lampu terang warna-warni.
Ongki sangat kecil dan kurus. Dengan mudah ia menyelinap di antara keramaian pengunjung sirkus. Ia masuk ke sebuah tenda besar. Di dalamnya terdapat banyak kandang berisi segala macam binatang liar.
Ia lalu masuk ke tenda pertunjukan. Betapa bagusnya semua ini... musiknya, lampunya, orang-orang yang menonton, pikir Ongki.
Ongki mengagumi seekor kuda besar dengan kepala yang dihiasi bulu-bulu indah. Ia juga ternganga melihat seekor gajah yang dihiasi ornament berkilau. Dia juga terkesan dengan anjing pintar yang mengenakan kostum cerah.
“Wah, senangnya dikagumi dan disambut oleh tepuk tangan ribuan penonton,” pikir Ongki. Ia teringat di hutan asalnya. Di sana, ia sering beratraksi jungkir balik. Gerakan-gerakannya jauh lebih hebat daripada yang dilakukan oleh hewan-hewan di sirkus itu.
Ongki lalu melompat masuk ke tengah arena sirkus. Ia lalu melompat lagi sampai ke puncak tenda. Ia ingin para penonton bertepuk tangan dan mengaguminya. Jika punya banyak pengagum, Ongki berpikir, mungkin ia akan betah berada di desa itu.
Akan tetapi, saat pertunjukan berlangsung, Ongki melihat hewan-hewan itu tampak murung. Persis seperti hewan-hewan di toko.
Ongki teringat pada kandang-kandang dan kurungan-kurungan yang ia lewati saat menuju tenda pertunjukan itu. Mungkin saja kehidupan sirkus bukan kehidupan yang cocok untuk dia. Tiba-tiba saja, Ongki menemukan jalan keluar.
Tanpa suara, dengan lincah ia mencari jalan sepi hingga tiba di pelabuhan.. Di sana, ia menemukan sebuah kapal yang berangkat ke Afrika. Ongki bersembunyi di jembatan. Keesokannya, saat kapal itu sampai di laut lepas, dia akan pergi dan mencari makanan dari para pelaut yang baik. Dan dalam satu atau dua minggu, dia akan kembali ke rumahnya, di sebuah hutan yang indah. Di sana, ia akan bisa hidup bebas kembali.
Akan tetapi, Ongki tidak akan pernah lupa wajah sedih hewan-hewan lain yang ditinggalkannya.
Teks: Rizki
Dok. Majalah Bobo
Source | : | (Dok. Majalah Bobo / Fabel) |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR