Semua anak-anak tercengang ketika Pak Adil bisa menebak siapa pencuri uang kas kelas. Siang itu, diadakan pemeriksaan tas semua anak-anak ketika Dinda, bendahara kelas, mengatakan bahwa uang kas kelas hilang. Ia mengatakan telah meletakkannya di dalam tas.
Pak Adil, wali kelas 5 langsung mengadakan pemeriksaan siang itu juga. Namun hasilnya nihil.
“Walaupun uang itu tidak ditemukan di kelas ini maupun kelas sebelah, tapi sebenarnya Bapak sudah tahu siapa yang mengambil,” kata Pak Adil sambil berjalan santai ke meja guru dekat papan tulis.
Kelas tiba-tiba serempak berbisik. Waktu itu Pak Adil bisa mengetahui siapa yang mengambil buku di koperasi sekolah tanpa membayar. Sekarang Pak Adil juga bisa mengetahui siapa yang mencuri uang kas kelas.
“Bapak tidak akan umumkan yah karena Bapak percaya kalau yang mengambil uang akan mengembalikannya ke rumah Bapak sore ini,” kata Pak Adil.
Begitulah Pak Adil. Saat mengetahui siapa yang mengambil sesuatu tanpa izin, ia tak kan mengumumkan. Namun, keesokan harinya, Pak Adil akan datang dengan wajah ceria dan mengembalikan apa yang telah hilang. “Terima kasih yang sudah mengembalikan, orang itu pasti belajar banyak hal,” begitulah katanya dengan senyum manis.
Siang itu, anak-anak bertanya-tanya tentang siapa pencurinya, dan penasaran mengenai bagaimana Pak Adil mengetahuinya. Apakah besok ada berita bahagia dari Pak Adil?
Hari pun berganti. Anak-anak datang dengan rasa penasaran, apakah pencuri itu sudah datang ke rumah Pak Adil. Suara sepatu Pak Adil jelas mengarah ke dalam kelas. Semua anak duduk dengan rapi menanti-nanti perkataan Pak Adil.
“Selamat pagi anak-anak. Sekarang kita akan belajar mengenai pantun ya,” kata Pak Adil. Suaranya halus tapi tegas.
Yaaahhh….
Terdengar beberapa anak berbisik dan memasang wajah kecewa. “Ternyata Pak Adil tidak bisa menemukan pencurinya.” Begitulah kira-kira kesimpulan anak-anak di kelas.
Semuanya kembali belajar. Harapan tentang ditemukannya pencuri itu menguap begitu saja. Jam pelajaran usai, waktunya istirahat. Semua anak-anak langsung berlarian menuju kantin. Pak Adil masih merapikan bukunya di atas meja.
Dinda berjalan mendekati Pak Adil. Sepertinya ada sesuatu yang membuat Dinda begitu penasaran.
“Pak, kenapa Bapak tidak mengumumkan kepada teman-teman kalau Bapak sudah mengetahui siapa yang mengambil uang? Padahal kan Bapak sudah mengetahuinya” tanya Dinda.
“Tidak Dinda, tidak perlu menurut Bapak,” kata Pak Adil.
“Maafkan saya, ya, Pak,” kata Dinda sambil menunduk.
“Yang penting kamu tidak mengulanginya lagi. Teman-teman pasti memperbolehkan kalau kami pinjam uang itu untuk ibumu yang sakit. Jadi, tidak perlu bilang uang itu hilang yah,” kata Pak Adil sambil tersenyum.
“Iya Pak. Tidak akan saya ulangi,” kata Dinda.
Pak Adil mengangguk dan berkata sambil berdiri,”Semoga Ibu kamu cepat sembuh ya Dinda.”
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR