Selang beberapa waktu, kawanan sapi itu hidup tenang dan damai di padang rumput. Sampai kemudian terjadilah bencana yang mengerikan. Pada suatu sore datanglah serombongan pemburu ke padang rumput itu. Mereka menunggang kuda. Pakaian mereka lusuh. Mereka kelihatan lapar dan lemah. Sudah beberapa hari mereka belum makan. Karena itu, mereka sangat girang ketika melihat sapi-sapi gemuk di padang rumput itu.
“Ayo, kita serang sapi-sapi gemuk itu!” teriak seorang pemburu.
Tiba-tiba para pemburu itu berubah menjadi liar dan ganas. Mereka mulai menombak, memanah, dan menjerat sapi-sapi itu.
Kawanan sapi itu sangat ketakutan. Mereka melenguh keras-keras. Demikian pula Kumba. Tetapi, karena sudah dikutuk oleh Dewi Starda, suara Kumba tak bisa lagi terdengar sampai ke kahyangan.
Sapi-sapi berusaha menyelamatkan diri. Sebagian masuk ke dalam hutan.Yang tak berhasil melarikan diri kemudian ditangkap atau jadi sasaran empuk senjata para pemburu itu. Demikian pula nasib Kumba. la mati kena tombak salah satu pemburu itu.
Ketika mengamati sapi-sapi yang tertangkap, seorang pemburu mengusulkan, “Sapi-sapi ini gemuk-gemuk sekali. Ayo giring mereka ke rumah kita. Mereka pasti kuat menarik pedati dan membajak sawah kita.”
Setelah berpesta pora, para pemburu itu membawa sapi-sapi itu pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya seperti biasa Dewi Starda datang menjenguk kawanan sapi itu. Betapa terkejutnya Dewi Starda. Karena yang ditemukannya cuma tulang belulang sapi.
Dewi itu terduduk lemas di tengah padang rumput yang sunyi.
“Oh, Dewa pasti akan menghukum aku! Andai waktu itu aku bisa menahan diri dan tidak mengutuk Kumba, peristiwa ini pasti tidak terjadi,” ratap Dewi Starda.
Dewi Starda segera melapor ke Kahyangan. Dewa sangat marah kepadanya. Karena binatang kesayangannya dibunuh dan dijadikan santapan oleh manusia. Dewi Starda pun dihukum turun ke Bumi. Ia menjelma menjadi manusia biasa.
Sejak peristiwa itu, sapi menjadi binatang peliharaan manusia. Mereka bekerja keras untuk meringankan tugas manusia. Selain itu mereka biasa disembelih untuk diambil dagingnya.
Ketika menjalani hukumannya di dunia, Dewi Starda tak tega melihat penderitaan para sapi. la terus menyesali kelalaiannya.
“Ah, andai dulu aku bisa menahan diri, pasti sapi-sapi itu tidak begitu nasibnya,” ujarnya sendu.
Untuk menebus kesalahannya, Dewi Starda kemudian pantang makan makanan yang tadinya pernah bernyawa. Akhirnya Dewa mengampuni dan mengizinkannya kembali ke Kahyangan .
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Anita Ratnayanti
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR