Tiba-tiba, muncullah raksasa seram di depan Seventee Bai. Ia berusaha merenggut berlian di tangan gadis itu. Seventee Bai tidak menyerah. Dengan berani ia menarik telinga raksasa itu sekuat-kuatnya. Si raksasa menjerit dan berubah menjadi harimau buas, lalu menjadi kobra raksasa. Namun, Seventee Bai tidak takut. Si raksasa mencoba menjadi perempuan tua yang malang, tetapi ia tak bisa menutupi sinar jahat pada matanya.
Seventee Bai tetap memegang telinganya. Akhirnya si raksasa melepaskan tangan gadis itu. Ia melarikan diri dengan geraman marah di setiap langkahnya. Keesokan harinya Seventee Bai menghadap raja. Perdana menteri mengantarkannya ke kamar raja, lalu menutup pintu.
"Aku akan menunjukkan di mana pohon ajaib itu berada, Baginda," kata Seventee Bai.
"Betulkah Baginda bersedia berbagi kekayaan dan kerajaan?" Raja yang terbaring di tempat tidur mengangguk.
"Benarkah kau bisa mengantarku ke tempat pohon itu?" tanyanya.
"lya, tetapi aku harus mengajak saksi untuk menyaksikan peristiwa itu agar Baginda menepati janji," kata Seventee Bai seraya mendekati pintu dan mendadak membukanya.
Perdana menteri yang mengintip lewat lubang kunci jatuh terguling dengan wajah malu dan bodoh. Raja tertawa keras.
"Kau bijaksana dan pandai," pujinya.
Agar rahasia itu tidak diketahui orang banyak, mereka berangkat di malam hari. Air mata bahagia jatuh di pipi Raja saat ia melihat pohon impiannya. Ia memandang Sevente Bai dan berkata, "Kau telah mewujudkan impianku. Kalau kau mau, kuberikan semua yang kumiliki."
"Aku tak meminta lebih dari yang telah Baginda janjikan," sahut Seventee Bai. "Lagipula aku juga mendapat sesuatu yang tak kuharapkan."
Mata Seventee Bai beralih ke bawah pohon. Seekor ular kobra muda bergelung di sekitar pohon. Gadis itu berlutut dan membuka sorbannya. Rambutnya yang terurai panjang membuat raja dan anak buahnya keheranan. Seventee Bai dan ular itu bertatapan. Seakan ada saling pengertian di antara mereka. Dengan perlahan kobra itu membuka mulutnya dan menelan berlian di tangan gadis itu.
Tiba-tiba taman itu lenyap. Seperti terbangun dari mimpi, mereka telah berada di tepi danau.
"Aku tak akan pernah melupakan malam ini," kata Raja. "Juga aku tak akan bisa melupakan kecantikanmu. Jadilah istriku. Aku berjanji akan mencintai dan menghormatimu."
"Terima kasih, Baginda," jawab Seventee Bai sopan. “Tapi aku hanya meminta bagianku. Hanya setengah kekayaan Baginda, dan kebebasan menjadi diriku sendiri."
"Kalau begitu, jadilah penasihatku," bujuk Raja. "Aku akan menghormatimu sebagai teman dan sesama."
Dengan senang hati Seventee Bai menerima tawaran itu. Sejak itu ia tinggal di istana sebagai teman, penasihat, dan pelindung Raja. Keberanian dan kebijaksanaannya membawa kemakmuran dan kejayaan bagi kerajaan.
Sumber: Arsip Bobo. Diceritakan kembali dari Courage in Disguise oleh Lena D.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR