Seventee Bai seorang gadis India yang malang. Ia dipaksa menikah dengan pria yang tak disukainya. Suatu hari, ia dan rombongan calon suaminya melewati hutan lebat menuju ke rumah sang suami.
Calon suami Seventee Bai yang tampan dan kaya itu ternyata seorang penakut. Malam itu mereka harus menginap di tengah hutan. Ketika Seventee Bai sedang tertidur karena kelelahan, tiba-tiba…
"Cepat lari! Ada raksaasaaa!" terdengar teriakan dan langkah berlarian.
Seventee Bai terbangun. Ada bayangan besar di depan tendanya. Tanpa pikir panjang Seventee Bai melemparkan sesuatu ke arah api unggun. Api mulai membesar dan menerangi sekitar. Tiba-tiba saja Seventee Bai terbahak-bahak. Ternyata itu hanya bayangan seekor ayam hutan!
Sampai esok siangnya, calon suami Seventee Bai dan pelayannya tidak juga kembali. Seventee Bai memutuskan melanjutkan perjalanan. Agar aman dan praktis, ia mengganti pakaian sarinya dengan pakaian laki-laki serta sorban. Ketika sampai di pinggiran kota, ia mendekati kerumunan orang di jalanan.
"Sejak kecil, Raja sering bermimpi melihat sebuah pohon di sebuah taman yang luas," kata seseorang.
"Batang pohon itu terbuat dari perak, daun-daunnya emas murni, dan berbuah mutiara-mutiara indah."
"Raja akan memberikan setengah kekayaannya dan setengah kerajaan ini bagi yang bisa menemukan pohon itu," sambung yang lainnya.
Seventee Bai meninggalkan kerumunan, lalu mencari penginapan di dekat danau. Karena udara panas, ia menyeret kasur keluar kamar, lalu berbaring menghadap danau. Malam itu tidak ada bulan. Keadaannya gelap dan tenang.
Tiba-tiba muncul seekor ular kobra raksasa yang menggeliat kesakitan di atas danau. Seventee Bai terpaku ketika ular raksasa itu merayap menuju tepi, semakin mendekat ke arahnya. Ketika mereka berpandang-pandangan, ular itu mendesah sedih, menutup matanya, dan mati. Air mata Seventee Bai jatuh berderai. Ketika ia mengangkat ular itu, sebutir berlian sebesar telur jatuh dari mulutnya. Walau berlian itu bisa membuatnya hidup berkecukupan, Seventee Bai tetap merasa sedih. Ia mengubur ular itu di tanah yang ditumbuhi serumpun bunga harum.
Ketika Seventee Bai mencuci tangannya di tepi danau, berlian di sakunya terjatuh. Air danau segera terbelah, dan berlian itu tergeletak di sebuah jalan setapak. Cepat-cepat ia memungutnya kembali, lalu berjalan mengikuti jalan setapak itu. Ternyata jalan itu berujung di sebuah gerbang tinggi.
Di balik gerbang itu, sebuah taman luas dan indah terbentang. Sebuah pohon maha besar berdiri di tengah taman, persis seperti pohon di dalam mimpi raja!
Tiba-tiba, muncullah raksasa seram di depan Seventee Bai. Ia berusaha merenggut berlian di tangan gadis itu. Seventee Bai tidak menyerah. Dengan berani ia menarik telinga raksasa itu sekuat-kuatnya. Si raksasa menjerit dan berubah menjadi harimau buas, lalu menjadi kobra raksasa. Namun, Seventee Bai tidak takut. Si raksasa mencoba menjadi perempuan tua yang malang, tetapi ia tak bisa menutupi sinar jahat pada matanya.
Seventee Bai tetap memegang telinganya. Akhirnya si raksasa melepaskan tangan gadis itu. Ia melarikan diri dengan geraman marah di setiap langkahnya. Keesokan harinya Seventee Bai menghadap raja. Perdana menteri mengantarkannya ke kamar raja, lalu menutup pintu.
"Aku akan menunjukkan di mana pohon ajaib itu berada, Baginda," kata Seventee Bai.
"Betulkah Baginda bersedia berbagi kekayaan dan kerajaan?" Raja yang terbaring di tempat tidur mengangguk.
"Benarkah kau bisa mengantarku ke tempat pohon itu?" tanyanya.
"lya, tetapi aku harus mengajak saksi untuk menyaksikan peristiwa itu agar Baginda menepati janji," kata Seventee Bai seraya mendekati pintu dan mendadak membukanya.
Perdana menteri yang mengintip lewat lubang kunci jatuh terguling dengan wajah malu dan bodoh. Raja tertawa keras.
"Kau bijaksana dan pandai," pujinya.
Agar rahasia itu tidak diketahui orang banyak, mereka berangkat di malam hari. Air mata bahagia jatuh di pipi Raja saat ia melihat pohon impiannya. Ia memandang Sevente Bai dan berkata, "Kau telah mewujudkan impianku. Kalau kau mau, kuberikan semua yang kumiliki."
"Aku tak meminta lebih dari yang telah Baginda janjikan," sahut Seventee Bai. "Lagipula aku juga mendapat sesuatu yang tak kuharapkan."
Mata Seventee Bai beralih ke bawah pohon. Seekor ular kobra muda bergelung di sekitar pohon. Gadis itu berlutut dan membuka sorbannya. Rambutnya yang terurai panjang membuat raja dan anak buahnya keheranan. Seventee Bai dan ular itu bertatapan. Seakan ada saling pengertian di antara mereka. Dengan perlahan kobra itu membuka mulutnya dan menelan berlian di tangan gadis itu.
Tiba-tiba taman itu lenyap. Seperti terbangun dari mimpi, mereka telah berada di tepi danau.
"Aku tak akan pernah melupakan malam ini," kata Raja. "Juga aku tak akan bisa melupakan kecantikanmu. Jadilah istriku. Aku berjanji akan mencintai dan menghormatimu."
"Terima kasih, Baginda," jawab Seventee Bai sopan. “Tapi aku hanya meminta bagianku. Hanya setengah kekayaan Baginda, dan kebebasan menjadi diriku sendiri."
"Kalau begitu, jadilah penasihatku," bujuk Raja. "Aku akan menghormatimu sebagai teman dan sesama."
Dengan senang hati Seventee Bai menerima tawaran itu. Sejak itu ia tinggal di istana sebagai teman, penasihat, dan pelindung Raja. Keberanian dan kebijaksanaannya membawa kemakmuran dan kejayaan bagi kerajaan.
Sumber: Arsip Bobo. Diceritakan kembali dari Courage in Disguise oleh Lena D.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR