"Kak Lena masih mengira Mbok Tut itu pencuri?" tanya adikku itu.
"Sekarang, sih, dia tidak mencuri. Tapi nanti! Awas, bajumu hilang!"
"Hus, tak boleh curiga begitu!" Leni mendelik. Untuk pertama kalinya aku lihat matanya seperti itu. Jelek sekali.
"Cuma waspada, kok!" Leni mengomel.
Entah kenapa ia begitu ngotot membela Mbok Tut. Mungkin karena Mbok Tut pintar mendongeng. Mungkin karena ia rajin. Mungkin… Ah, ada segudang kemungkinan! Yang jelas aku dan Leni akhirnya bertengkar. Tapi kemudian kami sepakat untuk menguji Mbok Tut apakah ia pembantu yang jujur atau bukan.
Sesuai dengan rencana, aku memasukkan selembar uang kertas ribuan ke dalam kantong celana panjang kakak kami, Win, yang kebetulan ada di ember cucian. Lalu celana tersebut aku cemplungkan kembali ke ember cucian.
Tiga hari kami menunggu. Mbok Tut belum juga mengembalikan uang tersebut. Menurut dugaan kami, Mbok Tut pasti akan menemukan uang tersebut karena ia yang bertugas mencuci pakaian. Bahkan bukan saja uang, celana kakakku itu pun mendadak hilang.
Win, kakakku jadi kalang kabut. Kebetulan celana yang kami jadikan umpan adalah celananya terbaru.
"Pencuri, pencuri!" umpat Win setelah mendengar penjelasanku.
Win langsung meminta Ibu memberhentikan Mbok Tut. Ibu setuju. Aku tak tahu bagaimana cara Ibu memberhentikannya. Hilangnya celana panjang Win, akhirnya tersingkap olehku. Celana itu secara tak sengaja kutemukan di salah satu sudut gudang. Uangnya pun masih utuh. Rupanya si Broni yang menyeret celana itu ke sana. Anjing kakakku itu memang nakal. Perbuatan macam itu sering ia lakukan.
Sedihnya, kenapa hal ini tak terpikir dari dulu? Ternyata sikap curiga yang berlebihan membuatku tak berpikir panjang. Mbok Tut telah berhenti bekerja tanpa tahu jelas kesalahannya. Leni memandangku sendu. Air matanya jatuh satu-satu.
"Benar kan Mbok Tut itu baik, Kak Lena?" isaknya. Aku tak berkutik. Dadaku bergetar hebat. Rasa bersalah membuat napasku jadi sesak.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Lena D.
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR