Pagi itu Saudagar Badu datang mengadu ke kantor polisi.
“Berkali-kali barang kirimanku dirampok penjahat di tengah hutan,” keluh Saudagar Badu. “Mengapa sampai saat ini polisi belum juga berhasil menangkap mereka?”
“Pejahat-penjahat itu licin sekali, Pak,” sahut Pak Polisi, “Kami sudah berusaha menangkap mereka, tapi mereka selalu berhasil meloloskan diri.”
Kebetulan Detektif Polan ada di kantor polisi itu. Ia mendengar percakapan tadi. Detektif Polan datang mendekat, lalu memperkenalkan diri kepada saudagar Badu.
“Saya akan menolong Bapak,” katanya. “Kapan Bapak akan mengirim barang lagi?”
“Kira-kira dua hari lagi,” sahut saudagar Badu.
“Kali ini barang kirimanku berupa perhiasan emas dan berlian. Harganya mahal sekali. Itu sebabnya saya minta bantuan polisi untuk mengawal.”
“Tidak perlu pengawal polisi,” kata Detektif Polan.
”Lebih aman kalau saya yang membawa barang itu. Asal Bapak percaya kepada saya.” Saudagar Badu menoleh kepada polisi untuk minta pendapat.
“Saya setuju dengan detektif Polan. Kalau memakai pengawal polisi, justru penjahat itu akan tahu bahwa kiriman kali ini sangat berharga. Percayakan saja pada Detektif Polan. Saya jamin kiriman Bapak aman sampai di tempat tujuan.”
“Tanpa pengawalan polisi? Apa bisa dia menghadapi bandit-bandit itu sendirian?” tanya saudagar Badu ragu.
Detektif Polan cuma tersenyum. Kemudian katanya, “Sudah saya katakan. Asal Bapak percaya.”
Akhirnya saudagar Badu setuju. Diserahkannya barang kirimannya kepada detektif Polan.
Perhiasan itu ditaruh dalam kotak kecil. Detektif Polan menaruh kotak itu ke dalam keranjang
pikulan. Ditutupnya peti dengan jerami. Di atasnya ditaruhnya padi dan hasil kebun.
Pagi-pagi sekali Detektif Polan berangkat. Ia menyamar sebagai petani yang hendak menjual hasil kebunnya. Ia mengenakan caping untuk menutupi kepalanya dari sengatan matahari. Juga memakai baju hitam seperti yang biasa dipakai petani.
Jalannya cepat sekali. Menjelang senja ia sudah tiba di hutan kecil yang diapit dua pegunungan. Menurut Saudagar Badu, di sanalah biasanya kereta yang membawa barang kirimannya dirampok penjahat. Karena itu Detektif Polan mulai siaga. Matanya mengawasi keadaan sekitar.
Ia harus melewati sebuah jalan kecil sebelum sampai di hutan itu. Detektif Polan semakin waspada ketika dilihatnya di tengah jalan berdiri lima orang berwajah seram. Mereka kelihatannya sedang menunggu dengan wajah bosan. Rupanya mereka sudah menunggu sejak pagi. Mereka juga tampak lelah, lapar, dan haus.
Detektif Polan sengaja berhenti di dekat mereka. la menaruh keranjangnya di bawah sebuah pohon. Lalu mengeluarkan minuman dan bekalnya. Ia kemudian makan dan minum dengan nikmat.
Melihat itu kelima orang itu mendekat. “Boleh kami minta airmu?” tanya mereka.
“Ooo, silakan,” sahut Detektif Polan.
Ia mengeluarkan botol besar dari dalam keranjang pikulannya. Juga menawari mereka bekal yang dibawanya. Dengan sangat rakus mereka makan dan minum. Dalam sekejap makanan yang dibawa detektif Polan habis.
“Bapak-bapak ini rupanya lapar sekali, ya,” Detektif Polan sambil tersenyum.
“Ya. Kami sudah seharian menunggu di sini,” sahut mereka.
“Rupanya Bapak sedang menunggu seseorang?” tanya Detektif Polan lagi.
“Bukan menunggu seseorang, tapi kereta barang,” sahut mereka.
”Menurut kabar yang kami terima, akan ada kereta barang yang lewat di sini siang ini. Tapi sudah sore begini kereta itu belum juga datang,” keluh mereka.
“Mungkin sebentar lagi, Pak,” kata Detektif Polan.” Siapa tahu bannya kempis di tengah jalan, jadi perlu ditambal dulu.”
Kemudian ia berdiri. Mengangkat keranjang pikulannya dan berkata, “Saya jalan dulu, Pak.”
Detektif Polan melanjutkan perjalanannya sambil bersiul-siul. Siul itu sebagai tanda bagi polisi-polisi yang membuntutinya dari belakang. Air yang diberikannya pada penjahat-penjahat tadi rupanya telah dicampur dengan obat tidur. Alam beberapa menit lagi penjahat itu akan jatuh tertidur. Sehingga polisi-polisi itu mudah meringkus mereka.
Menjelang senja, Detektif Polan tiba di tempat tujuan. Diserahkannya barang kiriman Saudagar Badu kepada alamat yang dituju.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Kemala P.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR